DUAPULUHTUJUH

8.4K 663 102
                                    

Zetta bergerak gelisah dalam tidurnya, buliran keringat sebiji jagung mengalir di dahi gadis itu.

"Tuan bangun!" Sistem mencoba membangunkan Zetta, namun nihil gadis itu tetap tidak bangun.

"TUANNNNN!"

Zetta membuka mata dengan nafas terengah-engah. Ia menatap kamarnya lamat-lamat. Menghembuskan nafas lega karena ternyata hal itu hanya mimpi.

"Anda kenapa tuan? Apa yang terjadi di mimpi anda?" Tanya sistem.

Zetta menggeleng pelan, ia meminum air yang berada di nakas sebelah tempat tidurnya.

"Aku bermimpi buruk sistem, sungguh mengerikan" Zetta tak berhenti mengusap jantungnya yang berdegup kencang. Rasanya benar-benar seperti nyata bukan mimpi semata.

"A-aku melihat ketiga kekaisaran berperang. Semua rakyat mati mengenaskan. Hanya tersisa beberapa orang saja termasuk para kaisar." Sistem mendengarkan dengan seksama. Dapat ia lihat Zetta mengeluarkan air mata.

"Aku.. aku juga ma-mati. Pedang menancap di jantungku dan aku berada di gendongan Kaisar Wright. Darah dan air mata membanjiri tiga kekaisaran. Begitu... menyeramkan dan menyakitkan." Di akhir kalimat Zetta berucap lirih.

"Tapi aku yakin itu hanya mimpi kan sistem?" Sistem terdiam beberapa detik, ia mengangguk kaku "ya.. semoga saja mimpi tuan."

Mendengar jawaban yang tidak pasti itu, Zetta mengernyit heran. Namun segera ia tepiskan pikiran negatif itu. Ia percaya bahwa pemikiran negatif akan membawanya pada hal negatif pula, sehingga ia harus terus berpikir positif.

Tak berucap lagi, Zetta langsung melanjutkan tidurnya. Ia berharap mimpi buruk itu tidak kembali.

Setelah Zetta tertidur, muncul pria berjubah hitam. Membuka topeng yang menutupi wajah tampannya.
"Aku sungguh merindukanmu.. aku mencintaimu sayangku" ia berbisik di telinga Zetta tak lupa mengecupnya.

"Ku pastikan aku akan menjagamu sekarang, masa depan, dan selamanya." Setelah berucap itu, pria tersebut pergi meninggalkan topeng kesayangannya. Topeng identitas seorang KING.

*****

"Salam ayah" Zetta mendatangi ruang kerja Duke Roland. Pria paruh baya dengan kacamata bertengger di hidungnya itu menatap Zetta dengan senyuman.

"Kesini sayang" seakan memberi kode dengan merentangkan tangan, Duke Roland bersiap memeluk Zetta. Zetta yang paham pun langsung berhamburan ke pelukan ayahnya.

"Ayah sangat merindukanmu" ucapnya sembari mengecup pipi Zetta.

"Aku juga merindukan ayah" balas Zetta dengan antusias. Ia memang benar sangat merindukan sosok Duke Roland. Beberapa waktu lalu, Duke Roland memiliki banyak pekerjaan bahkan beberapa kali pergi ke perbatasan dan menetap disana.

"Ayah dengar kau memenangkan perburuan?" Zetta mengangguk, seulas senyuman terbit di bibir cerinya.

"Iya ayah, aku juga berhasil mendapatkan pertambangan Raves."

"Kau menang hebat nak. Kalau begitu lihatlah ke halaman belakang. Ayah menyiapkan hadiah spesial untuk putri ayah."

"Emm tidak perlu repot-repot ayah. Mendapatkan pertambangan Raves saja aku sudah sangat bahagia. Aku tidak ingin merepotkanmu," mendengar hal itu Duke merasa tersentuh, jarang ada putri bangsawan yang merasa tidak enak ketika diberi hadiah. Respon mereka biasanya akan berjingkrak-jingkrak kegirangan atau meminta hal lebih. Namun lihatlah putrinya, ia tidak ingin merepotkan seseorang yang berstatus sebagai ayahnya.

I'M THE EMPRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang