Part 10

9.3K 374 1
                                    

Gerald telah mengenakan setelan jas putih dengan benang-benang perak yang menghiasi kelepak jas nya. Tampak semakin gagah dengan wajah tampannya yang sudah bersih dari bulu-bulu wajah yang ia pangkas khusus untuk acara ini.

"Apa aku terlihat seperti pengantin pria pada umumnya?" Tanyanya pada pria berusia akhir lima puluhan yang membalas pertanyaannya dengan senyum geli.

"Anda tahu kalau Anda tidak sama dengan pria manapun pada umumnya." Jawab pria itu yang Gerald anggap sebagai sebuah pujian. "Mobil sudah siap, Tuan. Anda mau berangkat sekarang?" Tanya pria itu lagi yang dijawab anggukkan oleh Gerald.

Gerald keluar dari kamarnya. Di ruang tengah kediamannya, sudah berdiri neneknya dan juga ibunya. Kedua wanita itu tampak berdandan dengan rapi, mengenakan pakaian mahal sekalipun tahu kalau mereka hanya akan datang ke sebuah acara yang sederhana.

Ya, sederhana. Karena Gerald akan menikah secara sederhana di kediaman Wiryawan. Satu dari hal mengejutkan lain—yang terjadi setelah ia melihat Ariana—diantara kehidupannya yang sudah sangat tersusun rapi selama ini.

Pernikahan Gerald dengan Karenina memang sudah direncanakan. Tidak ada dasar cinta atas alasan pernikahan itu terjadi. Semua itu ia lakukan karena maksud dan tujuan tertentu. Namun sejak awal, Gerald tidak menginginkan pernikahan yang main-main.

Ya, faktanya memang Gerald sudah membuat sebuah perjanjian lain dengan Karenina yang berisi kalau pernikahan mereka akan berlangsung sekali seumur hidup. Dia sudah memberikan tuntutannya pada gadis itu dan sebaliknya, gadis itu juga sudah memberikan tuntutannya pada Gerald. Namun bukan salah Gerald kalau gadis itu memutuskan untuk pergi begitu saja di detik-detik terakhir dan membuat kembarannya menggantikan posisi gadis itu di pelaminan.

Dan jika Karenina berpikir kalau perjanjian mereka tidak berlaku hanya karena mempelainya berganti, maka ia salah. Siapapun yang pada akhirnya Gerald nikahi—entah itu Ariana atau Karenina—perjanjian kalau Gerald hanya akan menikah sekali seumur hidup itu tetap akan berlaku. Sekalipun kalau boleh jujur, menikah dengan Ariana akan Gerald anggap sebagai tantangan tersendiri karena jelas, membuat gadis itu bertekuk lutut padanya tidaklah mudah.

Mobil sudah memasuki kediaman Wiryawan dan langsung menuju garasi yang ada di bagian dalam. Gerald memperhatikan dekorasi yang kemarin belum rampung kini sudah tertata dengan sempurna.

Calon ayah mertuanya tampak sudah menunggunya. Terlihat gagah dalam setelan jas mahalnya. Senyum arogan dan penuh kemenangan tercetak jelas di wajah tuanya dan Gerald berusaha untuk tidak mendengus dalam hati.

"Semuanya aman?" Tanya Gerald saat menerima jabatan tangan pria itu. Ya, ini pernikahan bisnis, jadi alih-alih pelukan hangat dari calon mertua kepada calon menantunya, yang mereka lakukan adalah saling berjabat tangan seolah menguatkan kalau kerjasama mereka akan berhasil.

"Tentu saja. Tidak ada kesalahan." Jawab Wiryawan dengan nada congkak, berbeda sekali dengan kemarin malam saat pria itu tengah dilanda kebingungan.

"Bagus." Ucap Gerald datar. "Aku ingin bicara dengan Tuan Toni." Ucap Gerald secara langsung pada Tuan Wiryawan.

Wajah pria itu tampak terkejut, namun hanya sesaat karena detik berikutnya pria itu tampak berhasil mengendalikan emosinya. "Apa yang mau kalian bicarakan?" Tanya pria itu ingin tahu.

Gerald memandangnya dengan dingin seraya berkata. "Kurasa itu urusanku, bukan urusan Anda." Pria paruh baya itu tampak tak lagi berkutik. "Aku ingin bicara secara empat mata dengannya." Lanjut Gerald lagi dengan nada datar, namun jelas tak ingin ditentang.

Dengan enggan, Wiryawan mengatakan kepada asistennya untuk membawa Toni Sadhana lalu kemudian ia sendiri mengantar Gerald menuju ruang kerja yang semalam mereka gunakan untuk berbicara.

Mempelai Pengganti Tuan Zeroun (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang