Part 18

7.3K 246 3
                                    

Setelah Ariana menandatangani dokumen pengajuan adopsi, pria yang tadi diminta Gerald untuk meninggalkan ruangan kembali masuk. Masih ditemani pria tua yang sejak tadi dengan setia berdiri tanpa ekspresi.

"Kami akan melakukan pengajuan. Anda hanya perlu menunggu kabar." Ucap pengacara Allfatih yang hanya dijawab dengan anggukkan. "Seperti yang sudah saya informasikan sebelumnya. Setelah pengajuan masuk ke pengadilan. Akan ada orang dinas yang mungkin melakukan inspeksi mendadak. Dan saya harap Anda dan istri bersiap untuk itu." Gerald kembali menganggukkan kepala. Dan setelah itu, kedua orang tersebut pamit dari kediaman Gerald .

"Jadi, apa kita akan membahas perceraian kita sekarang?" tanya Ariana dengan nada menantang. Gerald memandang gadis itu dengan sebelah alis terangkat.

"Kau benar-benar ingin menjadi janda di usia muda?" tanyanya dengan nada mengejek yang membuat Ariana mendengus. "Apa kau tidak keberatan atau risih dengan status itu nantinya? Bukankah orang-orang selalu memandang negatif pada janda, apalagi janda cerai?" Komentar Gerald lagi masih dengan nada sinisnya.

"Aku bahkan tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang istri. Tapi lihat sekarang, aku menjadi istri dan seorang ibu dalam waktu bersamaan.

"Jadi kenapa aku harus risih jika besok atau lusa aku berstatus janda?

"Menjadi janda lebih baik daripada disebut sebagai pelakor. Apalagi dengan menikahi calon adikmu sendiri." Balas Ariana dengan ketus.

Gerald mengulum senyum. Harus dia akui kalau Ariana adalah lawan bicara yang menarik. Selama ini semua orang tidak ada yang berani membantah, melawan apalagi menyanggah ucapannya. Termasuk Karenina. Tapi Ariana berbeda.

Jika Karenina hanya menundukkan kepala, menjawab pertanyaan Gerald dengan anggukan atau gelengan kepala. Maka Ariana sebaliknya. Gadis itu berani memandang Gerald dengan tatapan menantang. Berani mengajukan pertanyaan, menyanggah dan membantah apa yang Gerald katakana. Dan hal itu membuat gadis itu terlihat semakin menarik di matanya.

Gerald bangkit dari duduknya, melirik pada Ariana yang kini mendongak memandangnya. Mata gadis itu terlihat memandangnya penuh harap, dan Gerald tahu apa yang gadis itu harapkan. Perjanjian perceraian.

Namun sayang sekali, Gerald tidak berniat untuk mengabulkannya. Alih-alih berjalan menuju meja kerja, Gerald malah berjalan menuju pintu yang Khaled bukakan untuknya. Membuat Ariana berdiri dan berniat untuk menghadang pria itu.

"Kau mau kemana? Urusan kita belum selesai!" Pekik Ariana lantang yang membuat Gerald menghentikkan langkahnya.

Gerald berbalik dan kembali memandang Ariana dengan senyum culas di wajahnya. "Sayang, aku lupa mengenalkanmu pada seseorang yang sangat penting di rumah ini." Ucapnya tanpa berniat menjawab pertanyaan Ariana sebelumnya. "Khaled Arya. Kepala pelayan di rumah ini. Orang kepercayaanku. Pria yang membuat rumah ini teratur.

"Dia juga orang yang akan menyediakan semua yang kamu butuhkan. Jadi kalau membutuhkan sesuatu, cukup hubungi dia." Ucap Gerald lagi yang dijawab anggukkan Khaled.

"Saya siap melayani Anda, Nyonya." Ucap Khaled dengan nada datar seperti ekspresi wajahnya.

Setelah perkenalan singkat itu, Gerald kembali melangkah meninggalkan ruang kerja.

"Gerald !" Teriak Ariana lantang dan kesal.

Gerald menghentikan langkahnya. Untuk pertama kalinya ada seseorang yang berani meneriakkan namanya di rumah ini. Padahal selama ini ibu dan neneknya pun tidak pernah bertindak se bar-bar itu. Tapi memang itulah perbedaan Ariana .

Gerald kembali berbalik, menunggu Ariana berjalan mendekatinya. "Ya Sayang?" Tanyanya dengan senyum geli di wajahnya.

"Urusan kita belum selesai." Desis Ariana mencoba menahan emosinya.

Mempelai Pengganti Tuan Zeroun (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang