Part 9

7.3K 354 2
                                    

Ariana terbangun. Kepalanya pening dan tengkuknya terasa berat. Ia mencoba mengerjap namun tidak mengenali dimana ia berada.

Matanya terasa sulit untuk terbuka.

Ayah!

Mengingat ayahnya membuat kesadaran Ariana kembali sepenuhnya. Ia tersentak dan bangun dalam sekali gerakan sehingga membuat kepalanya kembali berdenyut sakit. Suara pekikan, larangan dan suara-suara asing lainnya menggema di kepalanya.

Apa dia sedang bermimpi? Tanyanya dalam hati.

"Anda seharusnya tidak bangun secara tiba-tiba." Ucap seseorang dengan nada panik yang membuat Ariana kembali membuka mata dan melihat seorang wanita berusia sekitar empat puluhan menatapnya dengan mimik cemas. Wajah itu jelas tidak Ara kenali.

"Anda siapa?" Ariana balik bertanya. Ia ingin menggosok matanya yang terasa berat. Namun tangan wanita itu menahannya.

"Anda tidak boleh merusak riasannya. Kalau tidak Tuan Wiryawan akan marah." Pinta wanita itu panik.

Ariana mengerutkan dahi. Riasan? Riasan apa yang dimaksud wanita itu. Dan ia kini menyadari bahwa kemeja dan celana jeans nya sudah berganti menjadi gaun pengantin yang sangat pas di badannya. Ya Tuhan. Siapa yang menelanjanginya dan mengganti pakaiannya tanpa seijinnya.

Ariana hendak turun dari tempat tidur. Namun wanita itu kembali menahannya. "Pelan-pelan, Nona." Pintanya halus namun dibalas Ariana dengan pelototan.

Tak lama pintu terbuka. Ariana dan wanita perias itu menoleh secara bersamaan. Seorang wanita muda berusia tiga puluhan masuk ke dalam diikuti sosok yang tidak ingin Ariana lihat.

"Kami sudah memintamu dengan cara baik-baik, tapi kamu yang memilih jalan seperti ini." Ucapan itu keluar dari mulut Nyonya Mahiswara yang kini menatapnya dengan sorot mengejek. "Padahal apa susahnya menggantikan adikmu di pelaminan?" Lanjutnya seraya duduk di kursi meja rias. Ariana memandang wanita itu dengan tatapan jijik.

"Ini penculikan."

Nyonya Mahiswara mengedikkan bahu dengan sikap tak acuh. "Siapa yang peduli?" Tanyanya retoris. "Kenapa? Kau ingin melaporkan kami ke kantor polisi? Kau tahu kalau kau tidak bisa melakukannya." Ucap wanita itu lagi dengan nada mengejek. "Tandatangani surat perjanjian itu, jika tidak aku tidak bisa memastikan ayahmu baik-baik saja." Ucap wanita itu dengan nada mengancam.

Ariana memandangnya dengan sorot penuh amarah. Ia sendiri tidak yakin apakah ia harus percaya pada apa yang dikatakan wanita itu atau tidak. Wanita itu memiliki lidah yang lebih licin daripada lidah ular. Semua perkataan yang keluar dari mulutnya tidak bisa dipastikan yang mana yang sebenarnya.

Ariana menarik map itu dan membukanya dengan kasar. Matanya membaca dengan cepat. Semakin lama ia membaca perutnya semakin mual. "Apa maksudnya ini?" Tanyanya kasar. Bahkan ia menepis tangan wanita yang menyentuh rambutnya.

"Kamu tidak punya pilihan, Ariana. Ayahmu ada di tangan kami. Tandatangani itu, menikah dengan Gerald dan Ayahmu akan kembali padamu."

Mata Ariana mengabur karena airmata penuh kemarahan. Bagaimana bisa wanita di hadapannya ini menjebaknya dengan sedemikian rupa? Demi apa? Demi harga dirinya dan keluarga menantunya. Kebencian Ariana menumpuk menjadi semakin besar karena tingkahnya.

"Aku tahu kalian adalah sekumpulan orang-orang yang serakah dan licik. Tapi aku tidak tahu kalau kalian akan melakukan tindakan sampai serendah ini." Hina Ariana yang hanya ditanggapi dengan senyuman Nyonya Mahiswara sementara dua perias yang masih ada di ruangan itu hanya terdiam tanpa banyak kata.

Ariana membaca perjanjian yang ada di tangannya yang berisi bahwa Ariana Chamila Sadhana per tanggal hari itu akan menjadi istri dari Gerald Zeroun dan berperan sebagai Karenina Sifabela Wiryawan di depan publik. Dan pernikahan itu akan selesai sampai waktu yang tidak ditentukan atau sampai Karenina Sifabela Wiryawan kembali.

Pasal-pasal setelahnya, Ariana harus mau muncul di depan publik sebagai Karenina Sifabela Wiryawan, berlaku baik dan menjadi istri yang baik di depan publik. Dia juga harus menuruti semua keinginan Gerald dan menjadi bagian dari keluarga pria itu.

Ariana mendengus jijik.

"Pikirkan saja nasib ayahmu. Jika dia sampai berakhir dengan cara yang mengenaskan, bukankah ibu tiri dan adik-adikmu akan merana?" Ejek Nyonya Mahiswara lagi. Sadar dimana titik kelemahan yang Ariana miliki.

"Lalu siapa yang akan menikahkan kami? Suami Anda yang kaya raya itu?" tanya Ariana dengan nada menantang.

"Kau pikir siapa lagi?" Ketus Nyonya Mahiswara lagi.

Ariana mendengus dan menggelengkan kepala. "Aku akan terima untuk menjadi pengganti Karen hanya karena kalian mengurung ayah disini. Tapi aku juga tidak bodoh, aku harus memastikan kalau ayahku baik-baik saja dan kalian tidak memperlakukannya semena-mena.

Lagipula, sekalipun pernikahan ini berlangsung sementara, jelas aku tidak mau menikah berwalikan Wiryawan. Siapa dia? Dia bukan ayah kandungku. Dia bukan wali sah ku."

Nyonya Mahiswara tertawa. "Kau ingin bermain curang, rupanya. Kau ingin menikah dengan Gerald secara resmi dan kemudian menginginkan pria itu untuk dirimu sendiri, begitu kan maksudmu?"

Ariana balas memandang sang nenek dengan tatapan tajamnya. "Sejujurnya aku tidak memikirkan hal selicik itu." Jawab Ariana apa adanya. "Yang kuinginkan, sekalipun pernikahan ini hanya berlangsung sementara, aku tidak mau kehormatan yang seharusnya menjadi milik ayahku diberikan kepada oranglain, apalagi pada pria semacam Hanenda Wiryawan." Ucapnya dengan nada menghina. "Lagipula, tidak masalah bagiku kalau kau ingin menyingkirkanku atau ayahku." Ucap Ariana kini balik menantang Nyonya Mahiswara. "Kau ingin membunuh ayahku dan juga aku, silahkan. Ibu tiri dan adik-adikku akan bisa bertahan. Ayah memiliki cukup banyak tabungan yang bisa ibu tiri dan adik-adikku gunakan untuk biaya hidup mereka di masa depan.

"Sebaliknya. Jika aku tidak menggantikan Kareninan, apa keluarga kalian bisa bertahan dan mampu menanggung semua rasa malu dan kerugian karena batal menikahkan putri tercinta kalian dengan si penyuntik dana bernama Zeroun itu?"

Nyonya Mahiswara jelas marah karena Ariana membalikan posisinya secara telak. Seperti dugaannya, Ariana tidaklah sebodoh Karenina dan bisa dimanipulasi dengan mudah. Gadis muda di hadapannya ini memiliki karakter yang berbeda. Dia tidak akan diam saja saat ditindas, tidak seperti Kareninan yang memiliki banyak ketakutan dalam hidupnya.

"Kau tenang saja. Kalau kau memang ingin ayahmu ada disini, itu bisa terjadi. Toh kami juga sudah mempersiapkannya. Bahkan aku sudah dengan baiknnya mengundang ibu dan juga nenekmu untuk datang kesini." Ucap Nyonya Mahiswara dengan senyum sinis di wajahnya.

"Kembalikan ponselku. Aku harus memastikan kalau ibu dan nenekku benar-benar datang kemari." Ucap Ariana seraya menandatangani dokumen dengan cepat. "Dan aku lapar! Bawakan aku makanan!" Perintah Ariana setelah melempar map dan bolpoin dengan kasar.

Jika kalian pikir Ariana akan bersikap lemah, maka kalian salah. Ariana akan berjuang sampai titik darah penghabisan. Dan berjuang itu perlu tenaga bukan? Jadi ia harus mengisi tenaganya terlebih dulu.

Mempelai Pengganti Tuan Zeroun (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang