Part 25

7.5K 301 10
                                    

'Apa yang terjadi?' tanya Ariana pada dirinya sendiri. Ariana ingin membuka mata, namun tubuhnya terasa terlalu lelah sehingga untuk melakukannya ia tak sanggup. Kepalanya kembali berdenyut nyeri. Dan dadanya, meskipun tak sesesak dan sesakit sebelumnya, tetap saja membuatnya kesulitan untuk bernapas.

"Ana?" Suara seseorang yang ia kenal terdengar begitu dekat di telinganya. Ariana membuka mata dan melihat langit-langit di atasnya bukan langit-langit ruangan yang ia kenal. "Ana, kamu bangun?" pertanyaan itu diiringi dengan remasan di jemari tangan kanannya.

Ariana menoleh dan melihat mata kebiruan tengah menatapnya dengan cemas sebelum kemudian berubah menjadi senyuman.

"Ji..." Ariana menyebut nama pria itu, namun ia tidak yakin pria itu mendengarnya atau tidak karena masker oksigen yang terpasang di wajahnya.

"Hmm... ini aku." Ucap pria itu seraya mengecup punggung tangan kanan Ariana yang digenggam tangan kanannya sementara tangan kiri pria itu terulur dan mengusap pelipis kanan Ariana. "Mau aku naikkan kasurnya?" Tanya pria itu lembut yang dijawab Ariana dengan anggukkan.

Tangan kiri Aji menyentuh tombol yang ada di sisi kanan tempat tidur dan perlahan tubuh atas Ariana terangkat sehingga dia bisa melihat ruangan yang dihuninya dengan lebih jelas.

VVIP. Tebak Ariana dalam hati. Tentu saja Aji selalu memberikannya yang terbaik yang bisa pria itu berikan tanpa Ariana perlu memintanya. Itulah tanda cinta yang selalu pria itu agungkan selama ini tak peduli berapa meskipun Ariana sudah menolak dan mengatakan kalau dia tak bisa membalas perasaan cintanya.

"Tak perlu membalas. Cukup terima saja apa yang bisa aku kasih buat kamu." Ucap pria itu suatu waktu.

"Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa drop seperti ini?" Tanya Aji dengan suara lembutnya. Ariana hanya memandang pria itu dan berusaha tersenyum. "Jangan katakan kalau aku ini magnet untuk penyakitmu." Dengusnya. "Setiap kali aku kembali, selalu saja aku yang jadi orang pertama yang melihatmu seperti ini."

"Maaf..." jawab Ariana lirih.

"Kalau kamu menyesal, seharusnya kamu tidak pernah melakukannya lagi." Jawab Aji dengan ketus. "Apa ini ada hubungannya dengan pernikahanmu?" Pertanyaan pria itu jelas membuat Ariana terkejut.

"Kamu tahu?" Tanya Ariana tak percaya.

"Tentu saja. Menurutmu kenapa aku ada disini sekarang?" Tanyanya masih dengan nada ketus. "Kamu menolak lamaranku tahun lalu tapi sekarang statusmu sudah berubah menjadi istri pria lain. Menurutmu bagaimana perasaanku?"

"Kamu marah?" Kekeh Ariana.

"Cemburu, lebih tepatnya." Ralat Aji dengan kekesalan yang masih tampak di wajahnya. "Aku penasaran siapa pria yang bisa membawamu ke pelaminan. Aku ingin membandingkan diriku dengannya. Jadi mana dia? Mana pria yang sudah merebutmu dariku?" Tanyanya dengan nada menantang.

Ariana terkekeh, meskipun hal itu membuatnya merasa sesak. "Aku tahu kalau kau pasti tahu versi lengkapnya." Ucapnya yang membuat Aji mengangkat sudut mulutnya. "Siapa? Lani? Ghilman?" Tanya Ariana masih dengan suara pelannya.

"Lani." Jawab Aji jujur.

"Mulutnya memang sulit di rem." Ucap Ariana ketus yang membuat keduanya terkekeh bersamaan. Aji kembali meremas tangan Ariana. Kali ini tangan kanannya menutup tangan kanan Ariana.

"Apa dia yang membuatmu seperti ini? Dia membuatmu tertekan? Marah?" Tanya Aji bertubi yang dijawab Ariana dengan gelengan kepala.

"Dia pria yang baik." Jawab Ariana jujur.

"Kamu jatuh cinta sama dia?" Tuduh Aji kesal.

Ariana kembali terkekeh. "Kenapa? Dia tampan, lebih tampan dari kamu." Jawabnya yang membuat Aji memutar bola matanya.

Mempelai Pengganti Tuan Zeroun (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang