Part 40

6.9K 221 6
                                    

"Aku akan memilih Lani." Jawab Ariana beberapa detik kemudian.

Gerald mengangkat sebelah alisnya. "Lani tidak ada dalam pilihan yang aku berikan."

"Kalian pun tidak pernah termasuk dalam rencana kehidupanku di masa depan. Jadi aku merasa tidak harus memilih salah satu diantara kalian berdua." Jawab Ariana dengan datarnya.

Jleb. Gerald terdiam. Lidahnya mendadak kelu dan tak bisa berujar.

"Jadi berhentilah membuatku kesulitan. Biarkan aku hidup dengan nyaman seperti saat aku belum mengenalmu, keluargamu dan juga masalah yang kau buat untukku."

Ariana meletakkan sendoknya hingga menimbulkan bunyi denting yang membuat ngilu telinga. Ia lantas bangkit berdiri dan membiarkan piring kotor di hadapannya tanpa niatan untuk membersihkannya. Kenapa pula ia harus membersihkannya? Ada Kemala dan juga asisten lainnya yang sudah dibayar Gerald untuk melakukan pekerjaan itu kan? Jangan sampai mereka makan gaji buta. Decih Ariana kesal.

Tak tahu harus pergi kemana karena ia hanya tahu kamar Gerald dan juga balkon luas berkolam renang yang ada di balik dinding kaca. Ariana pada akhirnya memutuskan untuk melangkahkan kakinya keluar dan mendudukkan tubuhnya di atas sofa panjang yang ada disana dan memandangi kerlip cahaya lampu kota yang ada dalam jarak pandangnya.

Indah. Pujian itu terkulum dalam bibirnya. Seperti melihat sebuah lukisan bertemakan pemandangan.

Entah berapa lama Ariana duduk disana saat kemudian sebuah selimut tipis yang sangatlah lembut dibentangkan dari atas kepalanya menutupi bagian depan tubuhnya. Ariana mendongakkan kepala hanya untuk melihat si pelaku tersenyum lembut ke arahnya. Tentu saja pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah Gerald. Pria itu berjalan memutari sofa dan berakhir menjatuhkan tubuhnya di samping Ariana.

"Kamu belum sepenuhnya sehat. Dan udara malam tidak terlalu baik." Ucap pria itu dengan nada dan tatapan yang lembut ke arah Ariana—yang bahkan tak repot-repot Ariana beri ucapan terima kasih.

Merasa tak akan Ariana pedulikan, Gerald memutar badan, turut memandangi pemandangan kota yang ada di hadapan mereka dalam keheningan. Deru mesin knalpot yang samar sesekali masuk ke pendengaran mereka.

Entah berapa lama keduanya saling membisu hingga akhirnya Gerald membuka suara. "Apa yang membuatmu begitu membenciku?" Tanya Gerald dengan nada lirih yang membuat Ariana tersadar dari lamunan tanpa judulnya.

Ariana menoleh sebentar, hanya untuk melihat Gerald yang memandanginya dengan begitu intens yang membuat wajahnya terasa panas seketika.

"Siapa yang bilang kalau aku membencimu?" ketus Ariana dan kembali mengalihkan pandangannya pada hal lain selain Gerald.

"Kalau begitu, kenapa kau tidak memilihku?" Tanya Gerald lagi ingin tahu.

Apa itu hanya perasaan Ariana atau memang dia mendengar nada memelas dalam suara Gerald barusan?

Tak ingin terbawa perasaannya sendiri, Ariana kembali bertanya—kali ini dengan nada yang lebih datar alih-alih ketus. "Dan kenapa aku harus memilihmu?"

"Karena diantara aku dan Karenina, jelas aku yang lebih mencintaimu." Jawab Gerald dengan lancarnya.

Bukannya bahagia mendengar jawaban Gerald , Ariana justru mengernyitkan dahi. Dan sepersekian detik berikutnya, Ariana terkekeh. Entah kenapa, jawaban Gerald malah terdengar lucu di telinganya.

"Bagaimana kau bisa menakarnya? Apa ada timbangan untuk cinta sehingga kau bisa tahu kalau perasaan cintamu lebih besar dibandingkan Karenina?" tanya Ariana dengan nada mengejek. "Lagipula, jujur kukatakan kalau aku tidak bisa mempercayai ucapanmu.

Mempelai Pengganti Tuan Zeroun (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang