Part 24

7.3K 289 8
                                    

Lani meninggalkan Ariana yang masih mematung di ruangannya untuk kembali ke lantai bawah dan bersiap menerima pesanan dari pelanggan. Jelas kedatangan semua orang secara serempak membuat mereka kewalahan.

Ariana yang biasanya jarang bergabung dengan tim dapur kini terpaksa turun tangan. Setelah mengunci ruang kerjanya, ia turun dan langsung memakai apronnya dan bersiap untuk membuat hidangan.

"Loe yakin mau bantuin masak? Ini gak sedikit loh An." Lani menunjukkan catatan menu di tangannya.

"Gue gak mau dapat nilai buruk dari mereka." Jawab Ariana singkat dan mulai menyalakan kompor. Lani tidak banyak berkomentar, dia kembali ke bagian depan dan kembali melayani tamu sesekali membawa minuman untuk pelanggan.

Dua jam berlalu dengan sangat melelahkan. Ariana, Edwin, Lani, Dini dan anggota tim lainnya akhirnya bisa merebahkan kaki mereka menutup gerbang dan memasang tanda tutup di depan restoran.

"Sumpah, ini hari tersibuk selama lima tahun restoran ini berdiri." Komentar Edwin seraya mengipas-ngipas wajahnya dengan chef hatnya.

"Ho'oh. Sumpah, lihat piring itu. Gak habis-habis dicuci." Timpal yang lain seraya menunjuk kitchen sink. Ariana sendiri duduk bersandar dengan menengadahkan kepalanya.

"Loe sehat?" bisik Lani yang duduk mendekat ke arahnya dan memegang dahi Ariana. Ariana menepis tangan sahabatnya itu dan menggelengkan kepala. "Wajah loe pucat. Kiriman gue kemarin loe terima kan?" tanyanya lagi cemas. Dan Ariana memilih untuk mengabaikan Lani dengan bangkit berdiri dan meninggalkan area dapur. Berjalan sedikit gontai kembali ke kamarnya.

"Gue cuma butuh istirahat aja." Jawab Ariana dengan nada pelan. Ia membuka pintu ruang kerjanya dan masuk sementara Lani mengekorinya di belakang.

Ariana berjalan menuju lemari pakaiannya dan mengambil sesuatu dari dalamnya sebelum berjalan menuju kamar mandi.

"Makan dulu, An. Habis itu baru tidur." saran Lani yang Ariana jawab dengan kibasan tangan.

"Loe aja dulu. Gue makan kalo lapar nanti." Jawabnya santai seraya menutup pintu kamar mandi.

"Kalo ada apa-apa, panggil gue!" Teriak Lani dari luar. "Jangan sampai kejadian kayak dulu lagi!" Lanjutnya yang tak Ariana jawab.

Setelah membersihkan diri, Ariana berjalan kembali menuju tempat tidur. Menutup tirai yang menutupi jendela kecil yang ada di dinding samping tempat tidur sebelum berbaring dan menutupi tubuhnya dengan selimut tipis sampai ke dada. Tak lama, rasa lelah membuatnya terlelap.

Sementara di tempat lain.

"Semuanya sudah dikirim?" Tanya Gerald pada Izzan saat pria itu masuk bersama dengan troli berisi makan siang untuk mereka.

"Sudah. Tukang mengatakan kalau Nona menolak ruangannya diubah. Dan untuk peralatan dapurnya, saya sudah menyuruh orang untuk mengerjakannya malam ini setelah restoran tutup." Ucap Izzan seraya meletakkan makanan di atas meja.

"Menurutmu Ariana akan menyukainya?" Tanya Gerald seraya berjalan menuju meja kerjanya. Ia baru saja kembali dari rapat penting yang menguras emosinya padahal yang ia inginkan adalah ikut bersama dengan anak buahnya yang lain yang ia traktir untuk makan di restoran Ariana.

"Saya tidak yakin, Tuan." Jawab Izzan ragu. Hal itu membuat Gerald mendongakkan kepala dan memandangnya dengan sebelah alis terangkat.

"Maksudnya?"

"Menurut pengamatan saya, Nyonya bukan tipe orang yang suka jika kenyamanannya diganggu. Beliau jelas sangat berbeda dengan wanita yang selama ini mendekati Anda.

"Saya rasa, memberikan fasilitas terbaik untuk restorannya bukan sesuatu yang bisa membuatnya berbunga-bunga. Beliau tidak seperti ibu atau saudara kembarnya."

Mempelai Pengganti Tuan Zeroun (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang