Part 19

7.2K 236 4
                                    

Ariana berusaha untuk mengendalikan pikiran dan tubuhnya supaya ia tidak membalas ciuman Gerald . Ia tidak boleh membalasnya karena jika ia melakukannya, itu sama saja dengan menyerahkan dirinya pada pria itu.

Ariana berusaha sekuat mungkin untuk menutup mulutnya sedemikian rupa, namun bukan Gerald namanya jika pria itu tidak bisa menggoyahkan iman kaum wanita. Pria itu menggodanya dengan begitu lembut sehingga Ariana tak bisa menahan diri dan turut membalas ciuman pria itu.

Apakah Gerald akan selalu menghukum kecerewetannya dengan cara seperti ini? Tanya Ariana dalam hati. Apakah hukuman ini hanya menguntungkan Gerald , atau sebenarnya menguntungkan juga untuknya? Toh mau tak mau Ariana harus akui kalau dia juga menikmatinya.

Menyadari hal itu membuat pikiran waras Ariana kembali. Matanya terbuka dan kedua tangannya mendorong dada Gerald dengan cukup kuat sehingga pria yang sebelumnya masih terlena dengan pergulatan bibir mereka itu terhuyung selangkah ke belakang. Namun alih-alih marah dengan apa yang Ariana lakukan, pria itu malah tersenyum.

"Sialan! Kau memanfaatkan keadaan." Ucap Ariana geram.

Gerald mengedikkan bahunya. "Siapa yang memanfaatkan keadaan? Aku hanya merasa lebih baik kalau aku memanfaatkan bibir manismu itu untuk kucium. Itu lebih menyenangkan untuk kita berdua daripada kau menggunakannya untuk bicara yang tidak-tidak, bukan begitu?" tanyanya dengan nada menggoda yang membuat Ariana mendengus kesal.

"Siapa yang bicara yang tidak-tidak. Aku justru bicara hal yang masuk akal."

"Masuk akal menurutmu, tapi tidak menurutku." Jawab Gerald datar. Pria itu kembali berjalan mendekat, sementara Ariana melangkah mundur. Untungnya, seseorang mengetuk pintu sehingga Gerald mau tak mau menjauh dari Ariana dan membuka pintu. Khaled tampak berdiri di luar pintu dengan wajah datarnya.

"Mobil Anda sudah siap, Tuan." Ucap Khaled pada Gerald yang dijawab anggukkan pelan pria itu.

Gerald lantas kembali menutup pintu dan memandang Ariana .

"Hariku cukup dibuat kacau beberapa hari belakangan ini, jadi aku tidak bisa menghabiskan malam pertamaku denganmu, Sayang." Ucapnya dengan seringai di wajahnya yang membuat Ariana kesal melihatnya.

"Oh, aku bersyukur untuk itu. Kau tidak perlu merasa menyesal, Tuan." Nyinyirnya yang membuat Gerald kembali tersenyum.

"Tapi kau tenang saja, mulai saat ini aku berniat untuk menghabiskan akhir pekanku di rumah bersama istri dan juga anakku." Ucap pria itu seraya mengusap wajah Ariana dengan punggung jemari tangannya yang kemudian terkekeh kala Ariana menepisnya dengan kasar.

Namun Gerald tak menyerah, ia kini mengangkat kedua tangannya mengusap kedua lengan Ariana .

"Aku mungkin tidak akan makan malam di rumah, jadi jangan menungguku." Ucapnya dengan tangan bergerak naik turun yang membuat tubuh Ariana meremang seketika. "Tapi besok kita akan sarapan pagi bersama." Janjinya.

Ariana memandang pria itu tajam. "Dan besok aku akan kembali bekerja." Itu bukan permintaan, melainkan pernyataan dan Ariana melihat pria itu menganggukkan kepalanya tanda setuju. Hal yang tidak Ariana duga sebelumnya.

"Panggil Khaled kalau kau butuh sesuatu. Dan ya, jangan rindui aku Sayang." Bisik pria itu sebelum mengecup sudut mulut Ariana dan kemudian pergi meninggalkan Ariana sendirian di kamar yang super luas itu.

Seperginya Gerald , Ariana merasa kebingungan sendiri. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia tidak punya hal yang bisa ia kerjakan. Alhasil Ariana kembali masuk ke dalam walk in closet dan sekali lagi memperhatikan semua hal yang ada disana.

Apa yang akan Lani katakan jika sepupunya itu ikut bersama Ariana ke tempat ini. Berteriak histeris? Itu pasti merupakan hal yang pertama kali dilakukan sahabatnya itu.

Mempelai Pengganti Tuan Zeroun (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang