Part 16

8.3K 319 2
                                    

"Papa...!" Arshaq kembali menggedor pintu kamar Gerald dengan tak sabar.

Gerald mencoba menahan geramannya, namun pria itu berbisik di telinga Ariana "Ini belum selesai." sesaat sebelum pria itu memberikan kecupan singkat di sudut bibir Ariana . "Kita akan membahas ini nanti di rumah." Dan setelah mengatakan itu, Gerald membuka pintu kamar lebar-lebar dan menurunkan pandangan untuk melihat sosok bocah yang balik memandangnya dengan ekspresi kesal. "Kamu kenapa?" tanya Gerald pada bocah lima tahun di depannya.

"Jangan sembunyiin Bunda." Rengek bocah itu seraya menerobos masuk ke dalam kamar dan mencari Ariana . Melihat Ariana yang tengah berdiri, Arshaq langsung memeluk kaki gadis itu lagi. "Bunda, jangan peygi." Mohonnya dengan kepala mendongak memandang Ariana dengan mata berkaca.

Ariana mematung. Tatapan itu, apakah itu tatapan yang sama yang ia berikan pada ibunya saat ibunya datang dan membawa Karenina bersamanya dan mengabaikan Ariana ?

Meskipun kala itu Ariana tidak mengatakan apa-apa pada ibunya, tapi Ariana merasa kalau Arshaq merasakan sakit yang sama seperti yang ia rasakan kala itu.

Bedanya, Arshaq mengungkapkan permohonannya dengan mulut dan tindakannya, sementara Ariana tidak.

Ariana tersenyum dan kembali berjongkok. "Hari ini, Bunda gak akan pergi." ucap Ariana dengan senyum di wajahnya. Hanya itu, ucapnya dalam hati. Hanya itu yang bisa ia janjikan pada Arshaq. Tidak lebih. Karena ia tidak tahu apa yang akan terjadi besok atau lusa.

Arshaq tersenyum. Genangan airmata di pelupuk matanya seolah menghilang, berganti dengan binar bahagia. Bocah itu kembali menjatuhkan tubuhnya pada Ariana dan memeluk Ariana dengan erat. Ariana hanya bisa merangkulnya dan mengusap punggung bocah itu dengan lembut. Berdiri dengan Arshaq dalam pelukannya.

Gerald terdiam di tempatnya. Rasa terima kasihnya pada Ariana atas sikapnya terhadap Arshaq tidak bisa ia kemukakan dengan kata-kata.

Mulanya ia takut kalau Ariana akan mengusir Arshaq dengan kasar karena ketidaksukaan gadis itu atas pernikahan mereka dan juga pada Gerald . Tapi tampaknya—meskipun Ariana orang yang emosional—gadis itu bisa memilah pada siapa emosinya harus tertuang.

Ariana membawa Arshaq kembali ke meja makan dimana ibu dan nenek Gerald berada. Kedua wanita itu—sama halnya seperti tatapan yang Gerald berikan padanya—tampak terkejut saat melihat Ariana menggendong Arshaq dan bahkan tak repot menurunkannya dan memangku bocah kecil itu saat ia duduk di atas kursi.

Arshaq bahkan dengan manjanya meminta Ariana untuk menyuapinya dan Ariana dengan tidak keberatan menurutinya. 'Biarlah, untuk hari ini saja.' Batin Ariana . 'karena setelah hari ini aku akan mencari cara untuk lari.' Lanjutnya dalam hati.

"Ini untuk pertama kalinya kita makan bersama sebagai satu keluarga." Ucapan itu keluar dari mulut Agata, nenek dari Gerald .

Ariana yang tengah mengaduk makanan Arshaq menghentikkan gerakannya dan memandang wanita lanjut usia itu dengan tatapan datarnya. "Ya, dan rasanya janggal." Jawab Ariana dingin.

"Rini tidak pernah mengatakan padaku kalau dia memiliki putri kembar." Kalimat itu terlontar dari wanita yang lainnya, ibu Gerald .

"Dan kenapa dia harus mengatakan tentang saya pada Anda? Apa Anda sahabat baiknya?" tanya Ariana dengan nada datarnya yang membuat wanita itu mengernyit.

"Ya, dia teman baikku." Jawab wanita yang Ariana lupa siapa namanya.

"Cukup mengejutkan mendengarnya." jawab Ariana dengan senyum di sudut mulutnya. Ucapannya membuat ibu mertuanya itu kembali mengangkat sebelah alisnya. "Kalau Anda berteman baik dengannya dan beliau tidak mengatakan apapun tentang keberadaan saya, itu berarti dia tidak benar-benar menganggap Anda sebagai teman baik." Jawabnya yang membuat wanita itu kembali mengernyit.

"Kalau dia menganggap Anda sebagai teman baiknya, seharusnya dia juga menceritakan rahasia yang dimilikinya." Lanjut Ariana dengan senyum mengejek sementara tangannya dengan cekatan menyuapi Arshaq yang asyik sendiri dengan dunianya.

"Tapi mungkin—sama seperti dia tidak menganggap persahabatan kalian tidak berarti—baginya keberadaanku juga tidak penting.

"Sedikit informasi." Ucap Ariana dengan senyum di wajahnya. "Wanita yang melahirkanku itu tidak pernah menginginkan keberadaan kami dari awal. Dia hanya mencari kami saat menurutnya kami bisa memberinya keuntungan." Jawab Ariana dengan nada skeptis.

Ia tidak peduli tanggapan dari ibu Gerald . Sekalipun wanita itu menganggapnya tidak punya etika, Ariana tidak peduli. Toh yang dia katakan adalah kenyataan.

Ibunya membawa Karenina hanya karena dia berpikir Karenina bisa dijadikan pancingan supaya dia bisa hamil. Dan sekarang, ibunya menculik Ariana karena Ariana bisa dijadikan sebagai pengganti anak kesayangannya yang menghilang begitu saja sebelum hari pernikahannya.

Saat wanita itu tidak membutuhkannya, Ariana yakin wanita itu akan jadi orang pertama yang menyuruhnya untuk menghilang. Seyakin Ariana kalau ibunya tidak akan repot mencarinya jika Karenina ada.

Selalu yang dipikirkan wanita itu adalah keuntungan untuk dirinya sendiri.

Malu dengan batalnya pernikahan bukan alasan terbesar wanita itu mencari Ariana . Alasan terbesarnya adalah mereka tidak mau kehilangan sumber uang yaitu Gerald .

Meskipun Ariana tidak tahu seperti apa perjanjian yang mereka buat dengan Gerald , tapi Ariana yakin, itu ada hubungannya dengan uang.

Justru yang jadi pertanyaan Ariana adalah, kenapa Gerald harus memaksakan diri menikah dengan Karenina sekalipun ia tahu gadis itu pergi? Sementara Gerald bisa mendapatkan wanita lain untuk menggantikkan adik kembarnya itu. Toh ia juga yakin kalau Gerald tidak mencintai Karenina. Buktinya, pria itu tampak sama sekali tidak khawatir dengan kepergiannya.

Tidak ada lagi pembicaraan yang berarti diantara tiga wanita yang berbeda generasi itu. Baik nenek Gerald , Ibu Gerald dan Ariana sendiri memilih untuk diam dengan pikiran mereka masing-masing.

Ariana hanya bicara jika Arshaq bertanya padanya. Selebihnya ia memilih untuk diam. Dan Gerald sendiri, Ariana tidak tahu dimana keberadaan pria itu karena sejak Ariana menjatuhkan tubuhnya di atas kursi, pria itu seolah menghilang.

Namun setelah mereka—Ibu, nenek dan Arshaq—selesai sarapan, Gerald kembali muncul dan berkata. "Kita pulang."

Dua wanita yang ada di hadapan Ariana seketika berdiri, begitu juga dengan Arshaq. Namun tidak demikian dengan Ariana .

"Bunda, ayo pulang." Arshaq menarik tangan Ariana dengan jari mungilnya.

Ariana tersenyum dan menggelengkan kepala. "Bunda gak ikut pulang." Jawab Ariana dengan nada lembutnya yang membuat Arshaq menatapnya bingung. "Bunda harus kerja." Jawab Ariana lagi pada bocah itu.

"Tapi ini minggu. Bukannya orang-orang libur di hari minggu?" tanya bocah itu dengan polosnya.

Ariana kembali tersenyum. "Tidak semuanya, Sayang. Kalau Bunda memang tidak bisa libur di hari minggu."

"Kenapa?" pertanyaan itu terlontar dari Gerald .

"Karena aku bukan ASN dan juga karyawan bank." Jawabnya dengan nada yang lebih ketus. "Pekerjaan kami justru lebih sibuk di akhir pekan. Kalau kau lupa, aku ini pemilik EO bukan pengangguran seperti kembaranku." Sindirnya yang membuat Gerald mengulum senyumnya.

Pria itu berjalan mendekati Ariana dan dengan sengaja merangkul pinggangnya. "Tapi bukankah akan jadi pertanyaan kalau misalkan pengantin wanita malah pergi sehari setelah pernikahan?" tanyanya dengan senyum jahil di wajahnya yang membuat dua wanita lainnya memandang Gerald dengan heran. Pasalnya selama ini pria itu jarang sekali menunjukkan ekspresi, apalagi tersenyum. Kecuali jika sedang bersama dengan Arshaq.

"Kalau kau lupa, aku bukan pengantin wanita sungguhan." Desisnya di depan wajah Gerald .

"Tetap saja, kau sudah membuat perjanjian. Dan aku, tidak akan mengijinkanmu pergi hari ini." ucap Gerald dengan nada yang lebih tegas. "Kau, aku dan Arshaq akan kembali ke rumah. Rumah kita." Lanjutnya lagi yang membuat Ariana merinding mendengar suaranya. 

(Versi lengkap bisa dibaca di Karyakarsa)

Mempelai Pengganti Tuan Zeroun (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang