Part 11

8.6K 368 1
                                    

Ariana dibawa ke sebuah hotel megah—yang ia tahu merupakan milik dari keluarga Turki-Indonesia bermarga Levent—secara terpaksa.

Hotel yang ia tahu merupakan tempat dimana resepsi pernikahan Gerald dan Karenina akan dilaksanakan.

Seandainya ia adalah tamu pesta, mungkin ia akan menikmati seluruh kemewahan yang tersedia. Semua yang tampak di depan matanya sangatlah fantastis, se-fantastis harga yang harus Karenina dan Gerald keluarkan untuk semua kemegahan itu.

Dekorasi yang super mewah dengan bunga-bunga asli menjadi penghias ruangan. Catering dengan menu beragam yang ia yakini akan enak dilidah yang mungkin dalam keadaan normal akan jadikan sebagai bahan testimoni untuk cateringnya sendiri. Dan tentu saja, souvenir ekslusif yang Ariana yakin akan membuat jiwa kaum kekurangan meronta menginginkannya.

Kemewahan resepsi yang selama ini Karenina banggakan, malam itu seolah menjadi kutukan tersendiri untuk Ariana.

Terbiasa mengenakan celana jeans dan atasan longgar serta sepatu kets atau sepatu berhak rendah. Kini Ariana dibuat tak nyaman karena harus mengenakan gaun ketat dengan rok lebar dan alas kaki ber-hak tinggi yang menyakiti pergelangan kakinya.

Sekalipun enggan, ia berusaha untuk sebisa mungkin menjadi sosok adiknya. 'Hanya sampai malam ini.' Gerutunya dalam hati seraya memaksakan senyumnya pada para tamu yang tidak ia kenal.

Untungnya, sama seperti penikahannya yang ekslusif, tamu-tamu yang hadir disana juga merupakan orang-orang terpilih. Bukan orang sembarangan dari kalangan rendahan seperti dirinya.

Jumlahnya memang tidak banyak, yang Ariana duga hanya rekan-rekan bisnis pilihan dari Gerald dan Wiryawan. Pesta resepsi ini nyatanya tidak dibuat untuk memuaskan pengantin, melainkan sebagai ajang unjuk diri bahwa kini Wiryawan sudah berada kembali di posisi yang nyaman karena sudah menjalin ikatan dengan keluarga Zeroun.

Namun hal itu bukan gangguan untuk Ariana . Yang membuatnya kesal sepanjang malam adalah sikap Gerald .

Suami gadungannya itu tidak pernah berhenti menyentuhnya.

'Sialan!' Lagi-lagi Ariana hanya bisa mengumpat dalam hati.

Jika saja dia tidak terikat kontrak sialan itu, ia bersumpah kalau ia tidak mau berdekatan dengan Gerald apalagi harus berdiri berjam-jam menghadapi tamu-tamu yang menurutnya hanya para pencari muka.

Dan berjam-jam setelahnya, ketika pesta dinyatakan usai, Ariana ingin sekali bersorak kegirangan. Fisiknya sudah sangat lelah, dan mentalnya bisa jadi mendekati gila saat itu.

Dengan tergesa, Ariana melangkah menuju ruangan yang tadi digunakannya untuk berias dan menghempaskan pantatnya di atas tempat tidur. Ia benar-benar ingin melepaskan sepatu hak tingginya itu dan bertelanjang kaki. Setelah kakinya terlepas dari kungkungan stillettonya, Ariana mengerang nikmat.

"Suaramu menggairahkan." Komentar seseorang yang membuat Ariana mematung seketika. Ia menoleh dan melihat Gerald sedang berdiri di ambang pintu dengan sisi kanan tubuh bersandar pada daun pintu.

Pria itu seperti jin yang bisa datang dan pergi tanpa Ariana tahu.

"Semua hal sepertinya bisa dengan mudah membuatmu terangsang." Ketus Ariana yang dijawab kekehan Gerald.

Pria itu berjalan masuk seraya mengedikkan bahu. "Bisa jadi," Jawabnya santai. "atau sebenarnya hanya semua hal tentangmu saja yang membuatku terangsang." Lanjutnya masih dengan nada santainya. "Dan kalau boleh kutahu, apa yang istriku lakukan disini?"

"Menurutmu?" tanya Ariana kesal.

"Menungguku untuk menghabiskan malam pengantin kita?" Tanya Gerald dengan senyum mengejek di wajahnya.

Mempelai Pengganti Tuan Zeroun (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang