Part 38

3.9K 235 9
                                    

Gerald terbangun dengan kernyitan di dahinya. Siapa orang yang sudah mengganggunya sepagi ini dengan menggedor pintu? Ia membuka mata dan sadar bahwa ia tidak berada di kamarnya. Seulas senyum terbit di wajahnya kala mengingat apa yang sudah dia lakukan sepanjang malam itu. Dan saat melihat sinar matahari dari jendela, ia tahu bahwa ini bukan lagi pagi, namun sudah menjelang siang.

Herannya, ia berada disana sendirian, sementara Ariana? Dimana wanitanya itu?

Gerald bangkit dari tidurannya dan sadar kalau ia bertelanjang bulat dan tak ada satupun yang bisa ia pakai. Sambil melilitkan selimut tipis di pinggangnya ia berjalan menuju pintu, melihat siapa tamu yang sudah mengganggunya dan kemudian membukanya saat melihat Izzan lah yang ada di depan sana.

"Anda belum bangun, Tuan. Dan sebentar lagi kita ada meeting penting." Ucap pria itu pada Gerald. Izzan sama sekali tidak bertanya apakah Gerald baik-baik saja atau tidak, dilihat dari kondisinya yang berantakan namun bugar dan juga wajahnya yang berseri, teman baik sekaligus asistennya itu tahu kalau Gerald lebih dari sekedar baik.

Gerald menerima pakaian ganti yang dibawa oleh Izzan dan kembali melangkah ke dalam apartemen. "Kau tidak bertanya dimana Ariana?" Tanya Gerald seraya melangkah masuk ke dalam kamar.

"Saya tahu Nyonya tidak ada disini. Pagi-pagi sekali dia sudah pergi ke kantornya." Ucap Izzan dengan formal dan tetap berdiri di dekat meja bar, menunggu Gerald selesai dengan kegiatan rutinnya. "Anda punya lima belas menit untuk bersiap, Tuan." Ucapnnya mengingatkan.

Gerald mendengus dan masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamar Ariana. Kenapa dia tidak merasa heran dengan kelakuan istrinya itu. Padahal ia tadi mengharapkan Ariana bersikap romantis dengan menyiapkannya sarapan pagi dan juga segelas kopi mengepul yang dihidangkan dengan senyuman manis serta satu ciuman panjang untuk meningkatkan mood hari itu. Tapi apalah daya, Ariana masih saja sedingin itu padahal mereka sudah melewatkan malam panas yang tak terlupakan.

Gerald menjalani harinya seperti biasa, di sela-sela waktu luangnya, bukannya memikirkan pekerjaan, ia malah memikirkan Ariana.

"Apa sebaiknya aku mengajaknya pergi bulan madu?" Tanya Gerald pada Izzan saat mereka sedang makan siang bersama.

"Itu bukan ide yang buruk. Nyonya pasti akan menyukainya. Beliau juga butuh liburan." Ucap Izzan dengan formal.

"Kemana kami harus pergi?" Tanya Gerald lagi ingin tahu.

"Anda tentu jauh lebih tahu tentang hal itu daripada saya, Tuan." Jawab Izzan dengan lirih dan dengan sengaja mengejek. Gerald memandang pria itu dengan mata menyipit, namun tidak banyak berkomentar. Mereka membahas negara-negara mana saja yang cocok untuk berbulan madu, bersamaan dengan ponsel Izzan berdering dan pria itu mengernyitkan dahi saat melihat siapa yang sudah menghubunginya.

"Lani?" tanya Gerald saat melirik nama di ponsel itu. Izzan menganggukkan kepala, namun tanpa banyak bicara pria itu bangkit dari duduknya untuk menerima panggilan. "Dia bilang apa?" Tanya Gerald ingin tahu. Gerald tahu, kalau Izzan berhubungan baik dengan Lani karena urusan dirinya dan Ariana, karena itulah ia langsung bertanya seperti itu.

"Ibu Anda, dan Nona Karenina datang ke kantor Nyonya." Ucap Izzan dingin.

"Apalagi yang mereka inginkan?"

"Masih hal yang sama. Mereka ingin agar Anda kembali pada Nona Karenina." Ucap Izzan datar. Gerald mendengus jijik mendengarnya.

"Benar-benar tidak tahu malu." Bisiknya. "Apa tanggapan Ariana?"

"Lani sudah berusaha membujuknya, saya tidak tahu kalimat yang lebih tepatnya. Namun sepertinya, saat ini Lani sudah berada di pihak Anda. Itulah sebabnya kenapa dia menghubungi saya lebih dulu." ucap Izzan lagi yang dijawab anggukan Gerald.

Mempelai Pengganti Tuan Zeroun (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang