Wenda berdiri di posisinya tanpa gerakan. Hanya embusan napas yang terdengar. Pun otak Wenda mendadak beku, tidak bisa memikirkan kata selain maaf. Well, sudah berapa kali ia mengucapkan kata itu. Mau seribu kali kata maaf tidak akan bisa mengubah segalanya. Lantas pandangan Wenda berpindah pada Kimmy yang menarik ujung blusnya sambil terus memanggil.
"Kakak, yuk kita main yuk!" ajak Kimmy dengan kedua mata bulat yang berbinar. Berulang kali bocah itu mengerjapkan matanya yang dibingkai bulu mata lentik. Cantik sekali.
Semakin menatap Kimmy, rasa bersalah Wenda bertambah. Ia sudah menyebabkan bocah tidak berdosa itu kehilangan seorang ibu. Bahkan tidak pernah merasakan hangatnya dekapan ibu, atau sekedar mendengar alunan suara nina bobo dengan tepukan lembut di paha setiap malam.
Rasa panas langsung terasa di kedua mata Wenda. Ia kembali mengubah posisi jongkok untuk menyamakan tinggi dengan Kimmy. Perlahan mengusap wajah Kimmy dengan sangat lembut.
"Maafin Kak Wenda ya, Kim," ujar Wenda dengan suara parau. Rasa hangat terasa melindas pipi.
Kimmy yang melihat Wenda menangis lantas menyeka air matanya dengan jemari kecil itu. "Kakak kok nangis, siapa yang nakal? Hm? Bilang ke aku, siapa yang nakal? Nanti bial dimalahin Saga."
Celetukan Kimmy membuat Wenda terkekeh. Namun, tidak serta merta menyurutkan air matanya, malah semakin mengalir deras. Astaga, betapa Wenda sudah sangat bersalah dalam kehidupan bocah itu.
"Kimmy kita pulang." Suara berat Saga lantas menginterupsi rasa sesal Wenda. Ia menoleh sekilas pada Saga yang menunjukkan ekspresi dingin tanpa sudi melihat padanya.
"Tapi tapi, aku mau main sama Kak Wenda." Kimmy merengek sambil mengerucutkan bibirnya.
"Kimmy, kita nggak akan ketemu sama Kak Wenda lagi. Sekarang pulang sama Kak Saga." Tanpa meminta persetujuan bocah itu, Saga kemudian menggendongnya.
"Kenapa? Kak Wenda emang mau pergi?" desak Kimmy sebelum mendapatkan jawaban yang memuaskan.
"Iya." Saga menjawab asal lalu membalikkan tubuh dan melenggang pergi. Sementara itu kepala Kimmy bersandar di pundak sang kakak sambil melambaikan tangan lemas pada Wenda. Ia tidak merengek meskipun ingin.
Melihat Saga yang berjalan semakin jauh, Wenda berlari untuk mengejarnya. Lalu ia berdiri di hadapan Saga dan Kimmy seraya menundukkan kepala.
"Maaf, aku akan melakukan apapun demi menebus kesalahan aku," tutur Wenda masih menundukkan kepala sembari mengepalkan kedua tangan. Butuh keberanian yang tinggi untuk mengucapkan hal tersebut di depan Saga.
"Pergi dari hadapan kami," tukas Saga tanpa basa-basi. Setelah itu ia melewati Wenda dan menjauh.
Air mata yang mengumpul lalu terjatuh di lantai tempat Wenda berpijak. Ia masih menunduk untuk menyembunyikan tangisnya di antara banyak orang yang berlalu lalang. Suasana sekitar yang riuh terasa hampa di rungu Wenda. Ia hanya bisa mendengar isak tangis berbalut penyesalan tanpa arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Shouldn't have a kiss! (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA)
Lãng mạnADULT AREA! WARNING 21+ Kata orang, patah hati akan lebih mudah sembuh dengan kehadiran hati yang baru. Namun, Wenda justru menutup rapat hatinya setelah berulang kali diselingkuhi oleh Dion. Hati Wenda menjadi sulit tersentuh dengan rasa yang dise...