Bab 39

306 35 0
                                    

Kelopak mata Saga terbuka saat Wenda beringsut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelopak mata Saga terbuka saat Wenda beringsut. Ia mengerjapkan mata, lalu mengeratkan pelukan saat merasakan hangat permukaan kulit Wenda menyentuh perutnya.

Aliran panas dalam tubuh seolah ditransfer secara konduksi. Pelukan Saga semakin mengerat, enggan melepaskan wanita yang selalu membuat jantungnya berdebar itu.

Ruang kosong di hati Saga yang semula terasa dingin kini menghangat perlahan. Senyum yang sudah lama pudar kini mudah sekali tersungging hanya dengan tingkah ceroboh Wenda. Hidup Saga yang biasa dilakukan seperti itenary wisata sekarang lebih tidak terduga. Bahkan Saga yang dulu hidup seperti mayat hidup sekarang lebih bersemangat.

Wenda menyentuh punggung tangan Saga yang melingkar di perut tanpa lapisan fabric itu.

"Kamu sudah bangun? Jam berapa ini?" tanya Wenda seraya beringsut dari posisi tidurnya yang memunggungi Saga.

Ia mengerjapkan kedua mata untuk menjernihkan pandangan. Lalu satu kecupan tipis dijatuhkan oleh Saga di pipi Wenda.

"Kenapa tiba-tiba kasih cium?" tanya Wenda diikuti pipi yang merona.

"Apa yang sudah kamu lakukan padaku? Katakan?" Saga berbalik tanya dengan suara beratnya yang sedikit serak.

Dahi Wenda berlipat, sembari mencerna pertanyaan sang kekasih. "Aku tidak melakukan apapun."

"Oh ya? Lalu kenapa jantungku selalu berdebar kalau ada kamu? Rasanya rindu bisa membunuhku perlahan, karena nggak bisa lihat kamu," cerocos Saga yang membuat Wenda terbahak.

Lantas wanita itu membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Saga. Ia menatap sang kekasih lekat-lekat seraya memainkan jemari di wajah Saga. Menggulirkan ujung jari di setiap lekukan wajah pria itu. Membelai kedua mata sipit yang akan membentuk satu garis kala tersenyum. Kemudian turun pada hidung mancung dan berakhir di bibir tipis Saga yang sejak semalam memagut mesra.

"Itu namanya cinta," jawab Wenda diikuti lengkungan tipis di bibir. "Kamu tahu, setelah berpisah sama Dion aku nggak mau jatuh cinta lagi sama orang kaya."

"Kenapa?" tanya Saga.

"Karena beda kasta. Bagaimanapun juga akan sulit memantaskan sandal lusuh dengan sepatu kulit mahal dari brand ternama." Wenda menjeda ucapannya sebentar tanpa mengalihkan pandangan dari Saga. "Jika dipaksakan tidak akan terlihat serasi. Aneh."

Helaan napas kasar kembali lolos dari bibir Wenda. Sementara Saga masih terdiam memperhatikannya. "Tapi anehnya, aku nggak bisa nahan rasa ini buat kamu. Aku kembali jatuh cinta sama si Kaya yang mungkin akan memberikan ending tidak bahagia di hubungan ini."

"Kenapa tidak melepaskan kedua alas kaki itu? Jalan saja dengan kaki telanjang," jawab Saga. "Selain akan terlihat serasi, sepasang kaki itu akan sama-sama merasakan panasnya aspal dan kerikil tajam yang tersebar di jalanan. Aku bisa memberikan ending cerita yang seperti itu."

We Shouldn't have a kiss! (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang