Bab 35

331 32 1
                                    

Dengan napas terengah, Ferdi masuk ke dalam mobil Saga di parkiran Panti Werdha sambil memberikan kamera yang menangkap hasil penguntitan hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan napas terengah, Ferdi masuk ke dalam mobil Saga di parkiran Panti Werdha sambil memberikan kamera yang menangkap hasil penguntitan hari ini. 

“Ini, Tuan,” ujar Ferdi. 

Saga lantas menerima kamera tersebut dan melihat satu per satu tangkapan Ferdi. Dahi Saga berkerut saat melihat pribadi Sabiru masuk ke sebuah villa disusul dengan Bianca. Masih tidak percaya, Saga memperbesar potret tersebut. Wajah wanita yang sekarang menjadi ibu tiri Saga itu semakin terlihat jelas. Lalu ia melemparkan tatapan pada Ferdi untuk meminta penjelasan. 

“Ya, Tuan,” jawab Ferdi yang sudah bisa menebak pertanyaan Saga tanpa menunggu pria itu bersuara. 

“Sabiru menemui Bianca?” tanya Saga masih bingung. 

“Tuan, sebenarnya Sabiru sering sekali menemui Bianca. Bahkan hampir setiap hari. Mereka akan menyewa seisi restoran untuk bertemu, atau memilih villa dan menghabiskan waktu selama berjam-jam,” terang Ferdi panjang lebar. 

Saga terdiam seraya menerka. Bianca dan Sabiru tidak cukup memiliki urusan untuk sering bertemu. Hubungan mereka hanya sekedar mertua tiri dan menantu. 

“Cari tahu apa hubungan mereka berdua,” titah Saga sambil melirik Ferdi dari ekor matanya. 

“Baik, Tuan.” 

“Berikan aku alamat restoran dan villa yang sering mereka kunjungi,” pinta Saga setelahnya. 

“Baik, Tuan.” Ferdi langsung merogoh saku untuk mencari kertas dan bolpoin, tetapi tidak menemukannya. 

“Kirim pesan saja,” tukas Saga. 

“Ba-baik, Tuan,” jawab Ferdi dengan patuh. 

Apakah Bianca dan Sabiru bekerjasama? Tapi apa yang mereka berdua kejar? Apakah mereka sepakat untuk mengambil alih perusahaan ini dan membagi dua? Rentetan kalimat praduga bermunculan di kepala Saga. Fakta ini cukup mengejutkannya. Well, apabila ditelusuri cukup masuk akal. Selama ini Sabiru selalu tahu rahasia Gunawan yang bahkan Saga saja tidak mengetahuinya. Hingga dengan mudah pria itu membuat Gunawan memberikan sebagian besar saham tanpa mempertimbangkan efek terburu. 

*** 

Wenda mematut dirinya di depan cermin kamar mandi hotel Moon Crown. Warna emas menghiasi kran dan bingkai cermin yang memantulkan pribadi Wenda. Sejak menginjakkan kaki di lobi tadi, Wenda sudah kagum dengan arsitektur yang disajikan. Nuansa klasik dan mewah langsung terasa dengan ornamen yang tertata apik sesuai tempatnya. 

Embusan napas kasar diloloskan oleh Wenda. Well, ini pertama kalinya Wenda mendapatkan panggilan interview di hotel bintang 6. Semula ia hanya coba-coba saja mengirimkan lamaran pekerjaan di salah satu hotel mewah yang dikelola oleh Aditama grup itu. Meskipun heran, ia menganggap itu adalah salah satu hadiah dari langit karena sudah mengakui kesalahan di hadapan Saga. 

We Shouldn't have a kiss! (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang