Bab 14

1.1K 129 22
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suasana dalam ruangan yang hanya diisi oleh Saga dan Rizwan mendadak hening ketika perbincangan serius mereka terhenti. Kedua iris Rizwan menatap Saga lurus-lurus. Sementara Saga hanya mendesah pelan setelah menopang dagu cukup lama.

"Setelah pertunangan Mas Saga gagal, kesungguhan Mas Saga dalam berumah tangga akan dipertanyakan oleh pemegang saham lainnya," terang Rizwan.

Saga masih tidak memberikan respon. Salah satu syarat menjadi pemimpin perusahaan Gunawan adalah memiliki keluarga dan keturunan, agar garis penerus tidak terputus.

"Rapat pemegang saham tiga bulan lagi, Mas. Kita harus meyakinkan para pemegang saham lainnya untuk memberikan suara kepada Mas Saga, seperti keinginan Pak Gunawan," tambah Rizwan diikuti raut wajah kelewat serius.

Jemari Saga mengetuk di permukaan meja diikuti benak yang berputar mencari solusi terbaik. Awalnya ia ingin memberikan suara kepada Sabiru Rahardja dan terlepas dari tuntutan untuk menjadi penerus kerajaan bisnis Gunawan. Namun, setelah mengetahui niat jahat sang kakak ipar, Saga memilih untuk tidak hadir di setiap pertemuan pemegang saham.

"Saya harap Mas Saga bertahan sebentar lagi, sampai Kimmy cukup dewasa untuk mendapatkan tanggung jawab ini," tukas Rizwan.

Perhatian Saga tersita pada layar ponsel yang tiba-tiba menyala. Ia meraih benda persegi panjang tersebut lalu membaca pesan yang dikirimkan oleh Sania.

From : Sania

Semua sudah aku atasi. Kali ini aku yang berakting mencampakkanmu. Ternyata rasanya sangat menyenangkan. Kamu harus mentraktirku makan malam setelah aku kembali dari Los Angeles nanti, Saga.

"Nanti saya kabari Pak Rizwan untuk rencana yang selanjutnya," ujar Saga sembari meletakkan ponsel di atas meja.

"Baik, Mas. Kalau begitu saya permisi." Rizwan bangkit dari duduknya lalu menundukkan kepala santun sebelum keluar dari ruangan Saga.

Embusan napas kasar kembali lolos dari bibir Saga setelah melihat ke arah Rizwan yang sudah menghilang dari balik pintu dan menghilang. Netra Saga lantas tertuju pada telepon kantor dan meraihnya.

"Wenda, bisa ke ruangan saya?" Setelah mendapatkan jawaban dari sang sekretaris, Saga lantas meletakkan gagang telepon dan kembali memeriksa laporan dari layar iPad.

"Permisi, Pak." Suara Wenda membuat Saga mendongak dan memperhatikan wanita itu sudah berbusana seperti biasanya. Celana kain yang melekuk pas dipadukan dengan blouse sopan.

Membenarkan duduknya lalu berdeham sembari memperhatikan langkah Wenda yang semakin mendekat.

"Duduk," titah Saga yang lantas diikuti gerakan meletakkan bokong di kursi oleh Wenda. "Kamu sudah pikirkan tawaran saya?"

"Tapi saya perlu tahu dulu, Pak. Untuk apa saya harus jadi kekasih Pak Saga selama 3 bulan?" tanya Wenda ingin tahu.

"Bisnis. Saya butuh kamu sampai acara serah terima pemimpin Gunawan grup," terang Saga.

We Shouldn't have a kiss! (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang