Bab 8

1.2K 161 36
                                    


Saga melangkah keluar lift setelah pintunya terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saga melangkah keluar lift setelah pintunya terbuka. Ia mengurungkan niat untuk mengambil earphone yang tertinggal. Well, tentu saja karena melihat Wenda tengah menangis tersedu.

"Mas Parjo," panggil Saga kepada satpam yang tengah berjaga malam itu.

"Iya siap, Pak," jawab pria dengan badan sedikit gemuk itu sambil setengah berlari menghampiri Saga.

"Udah makan belum?" tanya Saga sembari merogoh saku dan membuka dompet.

"Hehehe, belum Pak," sahut Parjo meringis.

Saga mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu lalu bertutur, "Ini buat makan malam, terserah mau beli apa aja. Sama minta tolong beliin makanan juga buat Wenda di dalam."

"Mbak Wenda? Sekretaris Pak Saga?" Parjo mengulang kalimatnya karena tidak tahu jika Wenda masih di kantor. Baru beberapa menit yang lalu ia datang dan belum sempat oper handel dengan shift sebelumnya.

"Iya. Kamu belikan makanan sama minuman. Tapi jangan bilang kalau dari saya, bilang saja itu kebijakan dari kantor. Setiap karyawan lembur tetap dapat makan," terang Saga.

Meskipun ragu, Parjo menerima uluran uang dari Saga. Ia sedikit terkejut, sebab selama ini Saga paling tidak suka melihat karyawan dalam gedung Gunawan grup lembur. Bagi Saga lembur itu berarti tidak bisa memanfaatkan waktu bekerja dengan sangat baik. Tentu saja hal tersebut tidak berlaku untuk karyawan hotel yang dinaunginya, karyawan bisa lembur apabila dibutuhkan dan mendapatkan uang tambahan.

"Ba-baik, Pak Saga. Matur nuwun sanget (Terima kasih banyak), Pak Saga," ucap Parjo.

"Yah, saya pulang dulu."

"Hati-hati Pak."

Saga berjalan melewati lobi hotel The Royal 8 lalu masuk ke dalam range rover hitam yang terparkir gagah di depan lobi. Dering ponsel yang menampilkan nama sang ayah di layar tetap diabaikan oleh Saga. Sudah terhitung 15 kali sang ayah melakukan panggilan dan puluhan pesan kepadanya. Namun, Saga memilih untuk tidak membalas atau menerima panggilan tersebut.

Mobil gagah Saga melaju melewati jalanan Jakarta yang tetap ramai meskipun semakin malam. Netra Saga melirik waktu pada arloji berbezel mahal di tangan. Ia sudah terlambat dua jam untuk menghadiri acara ulang tahun ibu tirinya. Well, Saga tidak peduli. Sudah mau datang dan setor wajah saja sudah bagus.

Waktu yang ditempuh dari The Royal 8 atau kantor utama Gunawan grup ke Crown 8 hanya sekitar dua puluh menit saja. Acara ulang tahun Bianca, wanita yang memiliki jarak usia 15 tahun dengan sang ayah diadakan di rooftop hotel bintang 4 tersebut.

Beberapa mobil mewah berjejer manis, seolah menegaskan jika pesta tersebut hanya didatangi oleh para Crazy Rich. Air mancur dengan patung Dewi Athena menyambut kedatangan para tamu di dalam lobi hotel.

We Shouldn't have a kiss! (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang