Bab 23

961 77 7
                                    

Wenda memantaskan diri di depan cermin panjang dengan gaun malam pemberian dari Saga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wenda memantaskan diri di depan cermin panjang dengan gaun malam pemberian dari Saga. Gaun pendek warna emas dengan aksen bulu-bulu di bagian dada itu melekuk tubuh langsing Wenda. Tulang selangka yang menonjol diperlihatkan. Setelah menyisir rambut, Wenda memutar tubuh untuk memastikan penampilan malam ini sudah sempurna. Well, ia tidak ingin mempermalukan Saga di depan keluarga dan relasinya nanti.

Aroma bunga yang bercampur dengan ekstrak kayu-kayuan pedas menguar dari tubuh Wenda. Saga sangat menyukai parfum pilihan Wenda terbaru itu. Bahkan tidak jarang pria itu menyusup ke leher Wenda hanya untuk menghidu baunya.

Suara bel apartemen yang berbunyi membuat Wenda membalikkan tubuh dan setengah berlari. Kedua matanya sesekali melirik pada jam yang tergantung di dinding. Masih ada sisa 30 menit lagi sebelum ia dan Saga akan berangkat ke makan malam yang digelar kakak Saga, Anggita. Wanita itu menggelar pesta kecil-kecilan karena keberhasilannya menjadi salah satu desainer terbaik dan mampu berkiprah di internasional. Sudah tiga bulan Anggita tinggal di California untuk mengejar mimpi terbesarnya itu.

Senyuman semringah tercetak di wajah Wenda setelah melihat ke layar doorbell. Pribadi Saga sudah berdiri di balik pintu dengan kaus putih yang dipadukan jas warna hitam. Jemari Wenda menyisir poninya sebentar lalu mengembuskan napas kasar sebelum membukakan pintu untuk sang kekasih. Jantungnya memang selalu berdebar jika mau bertatap muka dengan Saga.

"Kamu udah siap?" tanya Wenda setelah membuka pintu.

"Sudah," jawab Saga singkat. Ia memeta penampilan Wenda dan tersenyum tipis.

"Apa baju ini terlihat aneh di tubuhku?" tanya Wenda seraya melihat penampilannya sendiri.

"Nggak."

"Ish, singkat banget jawabnya." Wenda mendesis. "Ya udah, aku ambil tas dulu kalau gitu."

Padahal Wenda ingin Saga memujinya malam ini. Tetapi pria itu masih saja irit bicara dan enggan memberikan pujian. Atau memang penampilan Wenda malam ini biasa saja?

Ketika Wenda melenggang masuk ke dalam apartemen, Saga membuang napas kasar. Sebenarnya ingin sekali ia berkata jika Wenda sangat cantik dan seksi, tetapi setelah menjadi kekasih sungguhan, rasa malu terkadang menyerang.

Saga mengikuti langkah Wenda untuk masuk ke dalam apartemen. Ia merogoh kantong dalam jas untuk mengambil kotak persegi dengan ukuran sedang. Kemudian melihat kotak beludru berwarna navy itu sambil tersenyum.

Kakinya menapaki anak tangga untuk memberikan kejutan pada Wenda yang sedang mengambil tas. Pintu kamar terbuka sedikit dan Saga mendapati Wenda sedang memeriksa penampilan untuk kesekian kalinya.

"Sepertinya ada yang kurang," ujar Saga.

Wenda terlonjak kaget dan menoleh pada Saga yang menyandarkan tubuh di pinggiran kusen pintu. "Kamu ngagetin aja sih!" Lalu kembali bercermin, "apanya yang kurang?"

We Shouldn't have a kiss! (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang