Bab 31

552 54 3
                                    

"Apa alasannya? Aku butuh alasan dari kamu Wenda," tanya Saga yang tidak kunjung mendapatkan jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa alasannya? Aku butuh alasan dari kamu Wenda," tanya Saga yang tidak kunjung mendapatkan jawaban.

Bibir Wenda bergetar diikuti air matanya yang basah. Ingin sekali mengucapkan kebenaran itu kepada Saga, tetapi lidah Wenda sulit digerakkan. Ia tidak berani menatap kedua mata Saga dan kembali menghancurkan hatinya. Wenda sangat dilema kala itu. Ia tidak tahu harus melakukan apa.

Air mata Wenda terjatuh melindas kedua pipi. Kemudian Wenda buru-buru mengusapnya dengan tangan kosong. Ia tidak ingin terlihat sedih di depan Saga. Tidak!

"Wen, jangan buat aku bingung," ucap Saga yang masih tidak paham dengan perubahan sikap Wenda. Kemarin mereka masih saling bergurau dan melemparkan pujian cinta satu sama lain. Tetapi setelah malam itu, Wenda seolah menghindar dan ingin pergi dari Saga. Sangat tidak masuk akal.

Suara ketukan pintu yang menginterupsi membuat Wenda bernapas lega. Setidaknya ia bisa menghindar dari Saga kali ini. Entah kapak ia berhasil mengumpulkan keberanian untuk memberitahu Saga mengenai malam itu. Well, tentu saja Wenda harus siap dengan perubahan sikap Saga yang akan diterima olehnya. Saga pasti akan sangat membenci Wenda. Itu sudah pasti.

Wenda berjalan memunggungi Saga lalu membuka pintu. Dari baliknya muncul seorang Office boy yang akan mengantarkan jas Saga dari laundry.

"Maaf, Mbak. Mau nganter jasnya pak Saga."

"Oh iya, langsung masuk aja, Pak Saga ada di dalam," jawab Wenda. Alih-sih menerima jas itu dan menempatkannya di tempat yang sudah dihafal, Wenda memilih untuk pergi. Ia tidak ingin terjebak terlalu lama di ruangan tersebut bersama dengan Saga.

Sementara itu, Saga hanya bisa melihat punggung Wenda yang perlahan menghilang dengan kebingungan.

***

Hari berlalu dengan kesan yang berbeda. Wenda terlihat sangat profesional dengan mengesampingkan rasa di antara mereka. Wanita itu benar-benar bersikap seolah tidak pernah terjadi hubungan apapun bersama Saga. Ia menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Berbicara dengan Saga seperlunya dan sebisa mungkin meminimalkan waktu untuk berdua saja dengan pria itu.

Ketika pulang kerja pun, Saga sudah tidak pernah melihat Wenda masuk atau keluar dari apartemennya. Wenda hanya akan menjawab pesan Saga jika berhubungan dengan pekerjaan. Begitu juga dengan panggilan. Jika Saga sudah membahas hal di luar pekerjaan, maka Wenda akan segera mematikannya. Wanita itu perlahan menjauh dari kehidupan Saga.

"Permisi, Pak. Apartemen ini sudah tidak ditinggali?" tanya Saga setelah keluar dari lift dan melihat pengurus apartemen.

"Selamat malam, Pak Saga. Apartemen ini sudah nggak dipakai, rencana mau dijual sama pemiliknya," tutur Pak Ramli menjelaskan. "Mungkin Pak Saga mau beli?"

"Oh, tidak," jawab Saga disertai gelengan kepala.

"Baik, kalau begitu saya permisi, Pak Saga. Selamat malam."

We Shouldn't have a kiss! (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang