ADULT AREA! WARNING 21+
Kata orang, patah hati akan lebih mudah sembuh dengan kehadiran hati yang baru. Namun, Wenda justru menutup rapat hatinya setelah berulang kali diselingkuhi oleh Dion.
Hati Wenda menjadi sulit tersentuh dengan rasa yang dise...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kedua mata Gunawan lantas menyorot kepada sang putra setelah mendengar kalimat yang sudah berulang kali didengar. Lalu meneguk whisky hingga tandas. Suasana ruang tengah kediaman Gunawan terlihat artistik dengan beberapa lukisan abstrak yang tergantung di dinding. Di antara lukisan tersebut ada kepala rusa dan beberapa senapan dipamerkan. Setiap melihat hiasan tersebut, maka sudah bisa dipastikan salah satu hobi Gunawan adalah berburu.
Saga duduk di hadapan Gunawan sambil mengamati patung macan dari perunggu yang sekilas rautnya mirip sang ayah ketika sedang murka. Ia meneliti ekspresi Gunawan yang masih terlihat tenang sebelum melanjutkan ucapannya.
"Papa pernah bilang, aku bebas memilih wanita manapun. So, aku sudah punya pilihan, dan itu bukan Sania," tambah Saga. "Papa tenang aja, urusan bisnis dengan perusahaan Om Broto tetap akan berjalan. Aku sama Sania yang akan urus ini semua."
Gunawan mengernyit ketika minuman keras yang baru saja diteguk terasa menyengat kerongkongannya. "Tentu. Papa membebaskanmu untuk meniduri wanita manapun. Tapi, kenapa kamu menolak wanita seperti Sania? Dia sangat mencintaimu."
"That's why. Aku tidak ingin Sania seperti Mama. Menghabiskan sisa hidup bersama pria yang sama sekali tidak mencintainya. Itu hanya akan buang-buang waktu saja," tukas Saga seraya menuangkan whisky ke dalam sloki.
Iris tajam Gunawan melirik ke arah Saga dari ekor mata. Ia tahu jika sang putra memberikan sindiran itu untuknya. Lantas ia terkekeh dan kembali meneguk minuman keras dalam sloki hingga tandas.
"Up to you. Lakukan dan atur semua dengan rapi." Gunawan beranjak dari duduknya lalu menepuk pundak Saga. "Sebentar lagi rapat pemegang saham perusahaan. Papa harap kali ini kamu nggak absen seperti biasanya, Saga. Kamu harus menjadi penerus perusahaan ini! Ingat itu!"
Suara sandal yang beradu dengan lantai terdengar semakin menjauh dan membawa Gunawan berlalu begitu saja. Saga meraih satu sloki yang sudah terisi penuh dengan whisky lalu menghabiskannya dalam sekali tegukan. Rasa yang menyengat kerongkongan sama sekali tidak mengganggu Saga. Ia sama sekali tidak peduli dengan jabatan di Gunawan grup. Selama ini Saga hanya memperjuangkan hak Kimmy yang juga merupakan putra kandung Gunawan.
"Hai, Nak! Kamu masih di sini?" Suara nyaring diikuti langkah kaki dengan slipper yang diseret membuat Saga menoleh. Bianca berjalan mendekat dalam balutan kimono lingerie warna satin. "Kemarin Tante datang ke kantor, tapi kamu nggak ada."
Saga melirik ke arah Bianca sesekali yang kini sudah duduk di sofa tunggal sebelah Saga sambil menyilangkan kakinya. "Tante mau ngobrol banyak sama kamu."
"Bisa titip pesan sama Pak Rizwan kalau ada yang mau dibicarakan. Nggak perlu datang ke kantor," tandas Saga tanpa memberikan atensi pada Bianca. "Satu lagi, jangan mengatur karyawan di kantor tanpa seizin saya. Anda nggak ada hak!"
Setelah mengucapkan kalimat yang membuat Bianca tersentak itu, Saga bangkit dari duduknya lalu melenggang pergi. Sementara Bianca tersenyum kecut dan masih duduk di tempatnya.