Ucapan Saga tercekat di tenggorokan. Ia hanya bisa terdiam mendengar isakan Wenda dalam pelukan. Lalu ia tersadar jika tidak seharusnya mereka berpelukan di tempat umum seperti ini.
Kemudian Saga melepaskan pelukan Wenda. Ia melemparkan tatapan ke sekeliling untuk memastikan keadaan sekitar.
"Maafin aku," ujar Wenda disertai isakan. "Aku yang sudah—-."
Ucapan Wenda terhenti kala telunjuk Saga menyentuh bibirnya. Lalu kepalanya menggeleng seraya berucap, "kita nggak bisa ngobrol di sini."
"Kenapa?" tanya Wenda bingung.
Setelah menoleh ke kanan kiri, Saga menarik tangan Wenda untuk menaiki kamar Kost wanita itu. Ia tidak ingin suruhan Sabiru melihat kebersamaan mereka dan mengancam keselamatan Wenda.
Dengan buru-buru Wenda membuntuti langkah Saga untuk naik ke lantai 4 lantas masuk ke dalam kamar. Saga segera menutup pintu seraya mengembuskan napas kasar. Rasa sesak setiap kali melihat wajah Wenda berusaha diurai perlahan.
Sementara itu tangis Wenda tidak kunjung reda. Dadanya naik turun sebab rasa bersalah yang bergumul di dalam hati.
"Maafin aku, maaf," ucap Wenda dengan bibir yang bergetar.
Saga membalikkan tubuh kemudian memindai rupa Wenda yang basah sebab air mata. Ia membuang napas dan ikut merasakan kedua matanya hangat.
"Kenapa kamu yang salah?" tanya Saga dengan nada datar.
Bagian gigi Wenda yang beradu menciptakan suara gemeretak. "Selama ini aku nggak tahu apapun soal itu," ucap Wenda menundukkan kepala dan tidak berani melihat ke arah Saga.
Sementara itu Saga terdiam sambil memberikan atensi pada Wenda.
"Aku tertawa di sampingmu tanpa tahu jika penyebab penderitaanmu selama ini adalah aku. Andai saja dulu aku nggak bertingkah seperti orang gila dan mengganggu pengendara lain, mungkin kamu nggak akan semenderita ini. Kamu nggak akan diincar orang jahat hingga nyawa kamu taruhannya." Ucapan Wenda terjeda sesaat sebab tersengal oleh napas yang sesenggukan. "Kamu harus menerima luka di setiap tubuh dari orang jahat, jadi sasaran mereka, dan ... Kimmy." Wenda tidak bisa melajukan ucapan. Ia terjatuh ke lantai sebab lututnya terlalu lemah untuk menopang tubuh.
Saga ikut mengubah posisi lalu meraup wajah Wenda yang berurai air mata. Bibir wanita itu selalu mengucapkan kata maaf berulang kali.
"Maafin aku, maaf. Meskipun aku nggak pantes buat dapat maaf dari kamu, tapi aku mohon berikan kesempatan buat mewujudkan janjiku sama kamu." Kedua mata basah Wenda mendongak pada Saga. Penyesalan Wenda terpancar hingga menusuk relung hati Saga. "Aku akan bahagiakan kamu, Saga."
Tidak bisa melihat penyesalan Wenda, Saga lantas membawanya ke dalam pelukan. Ia kembali mengembuskan napas kasar. "Kamu nggak salah. Kamu hanya berada di tempat yang sama pada kejadian itu. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
We Shouldn't have a kiss! (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA)
RomanceADULT AREA! WARNING 21+ Kata orang, patah hati akan lebih mudah sembuh dengan kehadiran hati yang baru. Namun, Wenda justru menutup rapat hatinya setelah berulang kali diselingkuhi oleh Dion. Hati Wenda menjadi sulit tersentuh dengan rasa yang dise...