ADULT AREA! WARNING 21+
Kata orang, patah hati akan lebih mudah sembuh dengan kehadiran hati yang baru. Namun, Wenda justru menutup rapat hatinya setelah berulang kali diselingkuhi oleh Dion.
Hati Wenda menjadi sulit tersentuh dengan rasa yang dise...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Panggilan yang terputus, membuat Wenda melepaskan ponsel diikuti buliran bening menetes dari kedua mata. Lantas ia mengembuskan napas lega. Rasa lega bercampur dengan nyeri yang merasuk di hati.
Respon yang diberikan oleh Saga persis seperti dugaan Wenda. Well, anak mana yang tidak akan marah mendengar pernyataan dari Wenda. Sikap Wenda yang ceroboh sudah menghilangkan satu nyawa.
Wenda menyeka air matanya dengan segera. Berulang kali ia mengembuskan napas kasar untuk mengurai rasa sesak yang bercokol di dalam dada.
"Aku mencintaimu," ucap Wenda seraya melihat potret dirinya dan Saga yang terpasang di layar ponsel. Butiran bening kembali melindas pipi. Hingga beberapa detik kemudian tangis Wenda pecah. Ia kembali merasakan patah hati untuk kesekian kalinya. Entah kesalahan apa yang dilakukan oleh Wenda hingga mendapatkan kutukan cinta seperti ini.
Tangan Wenda mengusap foto Saga yang mengulas senyuman lebar. Kedua mata pria itu menyipit membentuk satu garis. Foto berlatar belakang pantai itu diambil Wenda ketika mereka berkunjung ke Bali dalam rangka bisnis. Wenda tidak akan pernah melupakan setiap momen yang sudah dilewati bersama Saga. Semua terlalu indah.
Suara gemuruh di luar kost menyita atensi Wenda. Jarum jam menunjukkan angka 9 malam dan selama tiga hari tinggal di sana, Wenda jarang mendengar suara berisik di pertengahan malam. Kamar Wenda berada di lantai 4 dengan 4 kamar berjejer. Pun letak kamar Wenda berada di paling ujung sehingga jarang terdengar suara langkah kaki yang hilir mudik.
Wenda berjalan mengendap-endap untuk melihat keluar kamar. Ia meraih sapu untuk berjaga-jaga jika ada hal yang tidak diinginkan. Well, bagaimanapun juga tempat itu masih baru bagi Wenda. Meskipun pemilik Kost memastikan aman, tetap saja Wenda harus berjaga-jaga.
Wenda membuka pintu perlahan sambil mengayunkan gagang sapu keluar.
"Hey! Wenda! Lo mau bikin gue amnesia?" pekik Tika dengan napas terengah.
"Tika, lo kok nggak bilang kalau mau kesini?" tanya Wenda sembari mengembuskan napas lega. "Gue pikir siapa berisik banget di luar."
"Gue nggak berisik, baru juga datang. Tapi...." Tika menoleh ke arah tangga di ujung lorong lalu mendorong tubuh Wenda masuk ke kamar.
"Kenapa sih?" tanya Wenda.
Tika masih terdiam dan memastikan tidak ada orang di luar kamar Wenda kemudian masuk seraya meletakkan dua plastik makanan ringan untuk sang sahabat.
Tika meringis lalu menyenggol tangan Wenda. "Lo baikan ya sama Saga?"
"Baikan? Nggak," jawab Wenda kembali teringat pengakuan dosanya beberapa menit lalu.
"Ck! Lo jangan bohong, tadi gue lihat Saga kejar-kejaran sama cowok turun dari lantai kamar lo," terang Tika.
"Nggak mungkin, lo salah lihat kali." Wenda menghela napas kasar sebelum melanjutkan ucapannya. "Saga marah sama gue."