Tangan Saga bergerak nakal dan mulai menarik simpul tali pita di dada Wenda. Tetapi sebelumnya ia meminta persetujuan dari wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama dua menit itu. Well, Saga tidak akan bertindak jauh tanpa persetujuan dari Wenda. Jika malam mereka berakhir di ranjang dengan baju yang dibuang sembarangan, pun harus atas keinginan dua pihak.
"Bolehkah?" tanya Saga dengan suara teramat lirih. Embusan napasnya menerpa wajah Wenda.
Sebelum menjawab, Wenda menoleh ke depan dan memastikan jika tujuan mereka masih jauh. Seperti bisa menebak isi kepala Wenda, Saga memberikan kecupan singkat di pipi.
"Masih lama," bisik Saga yang sontak membuat wajah Wenda merah padam seperti disiram jus tomat.
"Ish." Wenda mendesis seraya menggigit bibir bawah. Setelah itu ia memberikan anggukan kepala sebagai persetujuan.
Salah satu sudut bibir Saga tertarik ke atas. Tanpa membuang waktu, ia menarik simpul pita di blouse Wenda dan menampilkan belahan dari gumpalan padat yang mengintip. Saga menatap Wenda intens diikuti jemarinya yang berselancar liar.
"Ah!" desah Wenda ketika jemari Saga menelusup masuk ke dalam blouse dan memainkan butiran puncak dada yang mulai mengeras.
Ia menengadahkan kepala seraya menikmati sensasi geli yang ditimbulkan. Bulu kuduk Wenda kembali meremang diikuti tubuh yang menggeliat nikmat. Saga memperlakukannya begitu lembut dan sigap. Bahkan tangan Saga bergerak cepat saat Wenda mendongakkan kepala dan hampir terbentur kaca mobil. Ia menjadikan tangannya landasan agar kepala Wenda tidak terbentur.
"Oh!" Ketika lenguhan itu tercipta, Saga cepat-cepat memberikan kecupan dengan sedikit hisapan. Rasa manis vanilla terasa setiap Saga mengecup bibir merah jambu Wenda.
Malam itu, Saga seperti memanjakan Wenda dengan sentuhan yang membuatnya sedikit gila. Jilatan diikuti hisapan kecil juga diberikan Saga di bagian tertutup. Tentu ia belum hilang akal dan tidak ingin membuat Wenda malu dengan bekas keunguan yang dibuatnya.
Desahan Wenda terus memenuhi ruang dalam mobil, saat Saga dengan ahli mengecup mesra puncak dadanya yang sudah menegang.
"Mau kita lanjutkan di apartemen?" tanya Saga setelah menyadari sebentar lagi mereka akan tiba di lokasi yang dituju.
Wenda membuka kedua matanya setelah larut dalam kenikmatan dunia yang dihaturkan oleh Saga. Ia menggigit bibir bawah. Gairah yang sudah menggulung liar tidak bisa tertahan lagi. Namun, Wenda tidak mau kembali bodoh seperti ketika bersama dengan Dion. Ia dan Saga baru saja mengikrarkan satu hubungan. Bukankah terlalu cepat untuk bercinta dan melewati malam bersama?
"Apa kamu keberatan kalau aku menolak?" Meskipun ragu, Wenda mengucapkan kalimat penolakan itu. Ia takut mendadak Saga marah seperti Dion. "Maaf"
Saga menyelipkan helaian rambut Wenda ke belakang telinga seraya menyunggingkan senyum tipis. Lalu ia mencium pipi Wenda dengan sangat lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Shouldn't have a kiss! (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA)
Roman d'amourADULT AREA! WARNING 21+ Kata orang, patah hati akan lebih mudah sembuh dengan kehadiran hati yang baru. Namun, Wenda justru menutup rapat hatinya setelah berulang kali diselingkuhi oleh Dion. Hati Wenda menjadi sulit tersentuh dengan rasa yang dise...