31.

902 71 6
                                    

•••••••••


°°°°°


"Kerajaan Semilir,"

Mangkel menaruh palu gada ke pasir, di depan matanya terlihat sebuah Kerajaan megah yang diterangi cahaya malam. Dia masuk ke pemukiman warga dengan aura gelapnya, di jalanan itu sunyi sekali, langkahnya terhenti ketika melihat sebuah patung.

"Angpeta," bacanya ke sebuah ukiran.

Mangkel kembali berjalan lebih dalam ke kota itu, dia melihat sekitarnya yang di padati oleh rumah-rumah warga. Seretan gada terhenti ketika melihat siluet seseorang di depan sana, orang itu mendekati Mangkel dan mendongak ke arah dirinya.

"Asal kamu bukan dari sini," orang itu berucap, matanya tertutup tudung jubah, tapi Mangkel bisa merasakan kalau orang yang ada di depannya ini bukan orang biasa.

"Ya, mau apa kamu?" Mangkel merespon.

Orang itu menghunuskan pedang dan mengarahkannya ke dagu Mangkel. Mangkel yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum simpul.

"Mengusirmu,"

"Heuh, kamu pikir bisa mengusir aku memakai pedang itu?" Mangkel meremehkan.

"Jangan menyesali ucapanmu,"

Set!

Mangkel melihat orang itu melompat ke arah dirinya, tangannya mengepal sebelum berayun menyerang orang tersebut.

Blam!

Debrukh!

Mangkel berhasil memukul lawannya sampai tersungkur. Orang itu kembali berdiri dan bersiul, tak lama seekor kuda datang dari belakangnya, dia bersiap melompat ke kuda dan ancang-ancang menyerang Mangkel lagi.

Terlalu lambat

Swoosh

Blam!

Lagi, Mangkel berhasil memukul orang itu, bedanya dia memakai gada kali ini. Orang itu terjatuh dari kuda, bibirnya mulai mengeluarkan darah karena tidak sengaja tergigit.

Mangkel melihat orang itu yang mulai kehabisan tenaga, dia mendecih karena berpikir terlalu cepat untuk mengakhiri pertarungan ini.

"Untuk keamanan kota Angpeta, aku harus mengusirmu dari sini!" orang itu berusaha berdiri.

Mangkel menautkan alis saat orang itu menghentakkan kaki tiga kali, lalu dia menyeringai saat orang itu menghilang dari pandangannya.

Ini akhirnya

"HAHA!" Mangkel membalikan badan saat orang itu muncul dari belakang, palu gadanya melayang lebih cepat sebelum orang itu menghilang lagi.

Blam!

Brakh!

Orang itu menubruk sebuah toko senjata, badannya remuk setelah terkena pukulan telak senjata gada. Mangkel tertawa sambil berjalan mendekat, dia mengambil orang itu dan mencekiknya.

The Last Protector of Snaga (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang