33.

906 78 11
                                    

•••••••••


°°°°°


Setahun sudah Mangkel menjabat sebagai kepala keamanan Kerajaan. Setahun juga rencananya memisahkan tiga kota berjalan tanpa hambatan. Selama setahun terakhir juga para penduduk kota dan desa mulai memuja dan memuji Mangkel atas kinerjanya sebagai kepala keamanan.

Pembangunan dua kota di luar Kerajaan sudah berjalan 25%, ada beberapa penduduk kota yang mulai pindah ke tempat tersebut dengan perasaan gembira. Pelege sebagai kepala keamanan kota Angmala, melihat para pekerja sambil menikmati sebotol arak.

"Ada pesan dari tuan Mangkel," suara Sayat membuat Pelege mendongak ke atas.

Pelege cegukan. "Apa isinya?"

"Pembangunan sumur air di tepi kota," ucap Sayat, menampakan dirinya di samping Pelege.

"Terus?"

"Kita diperintahkan pergi ke Desa Angsepa, untuk mengambil alat pendeteksi sumber air, agar sumur itu beroperasi," ucap Sayat.

"Angsepa?" Pelege melirik ke arah Sayat.

"Iya, salah satu desa yang dekat dengan hutan Ziran,"

"Hutan Ziran," Pelege berdiri dari duduknya.

"Kita pergi ke Angsepa sekarang." Pelege beranjak ke kudanya, Sayat perlahan menghilang menjadi butiran pasir. Dan mereka berdua berangkat ke desa Angsepa, tempat di mana alat pendeteksi sumber air berada.

Di sisi lain, di kota Angpeta. Grusa dan Grusu sedang mengawasi para pekerja yang tengah membangun sebuah gapura. Lalu tak lama, Sura dan Suru datang membawa surat kabar dari Mangkel. Si kembar menerima surat kabar itu dan mulai membacanya, di dalam surat tersebut, mereka berdua diminta membangun sebuah tempat untuk dijadikan sebagai penyimpanan berbagai senjata, mulai dari pedang, tombak, tameng, baju zirah, busur panah, senapan, bola meriam dan berbagai macam senjata tajam.

Setelah membaca surat perintah itu, si kembar menyuruh Sura dan Suru mencari tempat yang strategis untuk dijadikan tempat penyimpanan senjata, mereka berdua mengangguk dan segera pergi menaiki kuda. Sedangkan si kembar, juga ikut pergi tapi ke kedai makanan yang ada di kota tersebut.

Sementara di kota Angpa, Sune tengah melihat para pekerja dari gedung pengintainya. Sambil menikmati sebotol arak, dia berusaha memahami surat dari Mangkel yang dibawa oleh Hanta.

"Apa tujuan dia sebenarnya?" gumam Sune melihat rencana Mangkel yang ingin membuat sebuah bendungan.

"Hanta, memang di sini ada aliran sungai?"

"Ya, aku dengar ada sebuah aliran sungai di kota ini," ucap Hanta.

"Sebelah mana?"

"Bagian timur kota,"

"Ayo kita ke sana, aku ingin tahu aliran sungai itu,"

Hanta mengangguk, lalu turun lewat tangga. Sedangkan Sune langsung melompat dari atas bangunan. Saat sampai bawah, dia melihat para pekerja membangun sebuah kedai dan juga rumah untuk para warga, Sune mendekat ke salah satu pekerja dan berdiri di samping pekerja itu.

Si pekerja yang semula berjongkok, berdiri saat Sune datang dan menanyakan maksud kedatangannya kemari. Sune hanya bertanya soal aliran sungai, dan jawaban si pekerja kurang lebih sama seperti Hanta. Tidak lama, Hanta datang dan melihat Sune dengan si pekerja, Hanta mengabaikan hal itu dan mulai naik ke kudanya. Sune menoleh ke belakang saat mendengar suara kuda, lantas dia bergegas naik untuk pergi ke aliran sungai yang Hanta maksud tadi.

The Last Protector of Snaga (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang