55.

455 51 10
                                    

•••••••


°°°°°

Naomi memimpin jalan ketujuh gadis itu ke pemukiman warga. Orang-orang yang ada di sekitar, mulai memperhatikan para gadis tersebut. Tatapannya terlihat kurang suka, akibat dari pakaian yang para gadis itu pakai. Berjubah hitam, layaknya penyihir jahat, menurut pemikiran mereka.

Sebaliknya, ketujuh gadis itu memandang lewat tatapan kagum, saat melihat pakaian yang digunakan oleh para warga di wilayah tersebut. Jaket tebal berwarna abu-abu, kain penutup kepala berbentuk kerucut yang bergoyang-goyang terkena angin, serta sepatu salju yang terlihat sangat hangat jika digunakan. Semua itu terbuat dari kulit hewan dan juga beberapa bahan kain satin.

Mereka bukan hanya melihat para warga, tapi juga memperhatikan tempat dingin nan sejuk tersebut yang sedikit berbeda dengan rumah Naomi.

Rumah-rumahnya berbentuk oval, dinding-dindingnya terbuat dari balok-balok kayu yang disusun rapat, lalu lembaran kulit hewan dan lapisan salju untuk menjaga kehangatan di dalam, serta atap-atap rumah yang terbuat dari ayaman ranting bertumpuk salju.

Saat mereka masuk lebih dalam ke pemukiman, rumah-rumahnya disusun secara berkelompok, membentuk semacam perkampungan kecil. Jalan-jalan yang menghubungkan rumah-rumah itu juga tertutupi oleh salju, sehingga para penduduk harus memakai sepatu salju atau menggunakan kereta luncur yang ditarik oleh hewan.

Sampailah mereka di pusat perkampungan, saat yang lain masih terkagum dengan apa yang dilihat, Gita mendekat ke samping Naomi.

"Apa disini nggak ada yang jualan pakaian?" Gita bertanya, ketika dirinya dipandang aneh oleh para warga di tempat tersebut.

"Ada, di sana." Naomi menunjuk menggunakan dagunya, sekilas.

Selain rumah tinggal, wilayah itu juga memiliki bangunan-bangunan khusus. Mereka bertujuh mulai mengekor Naomi yang berjalan terlebih dahulu. Melewati tempat penyimpanan makanan, bangunan upacara adat, lalu berhenti di sebuah tempat pengolahan kulit hewan.

"Kalian di sini saja, aku akan kembali membawakan pakaian yang kalian butuhkan, mengerti?" Zee, Christy, Flora, Adel, dan Ashel, mengangguk cepat, karena perubahan nada Naomi di akhir kalimat, sedangkan Gita dan Chika hanya mengangguk sekali.

Sambil menunggu Naomi, empat di antara mereka duduk di depan pintu pengolahan kulit hewan tersebut. Lalu melihat para warga yang berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing.

"Kak Chika," Christy memanggil, Chika mendekat.

"Kenapa?" Chika menumpu tangannya ke lutut, di samping Christy.

"Itu tempat apa ya, kok kayunya ditumpuk-tumpuk nge-bentuk kotak?" Christy bertanya sambil menunjuk benda yang dimaksud.

Semunya melihat arah tunjuk Christy. Menyaksikan sebagian warga yang melempar beberapa ikatan dahan kayu ke dalam kotak berukuran cukup besar.

"Mungkin api unggun raksasa, dek. Coba kalian lihat, di sekitar tumpukan kayunya ada bekas abu, dan kemungkinan besar itu hasil dari dahan-dahan kayu yang dibakar di dalamnya," Chika menjelaskan, yang lain mengangguk paham.

"Kalian lihat apa?" Serentak semuanya menoleh ke belakang, lalu pandangannya beralih ke kotak persegi berukuan sedang di samping Naomi, berisikan beberapa pakaian yang sama persis digunakan oleh penduduk setempat.

The Last Protector of SnagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang