•••••••
°°°°°"Wuuhooo! Belok kanan! Belok kiri! Lompat!" Adel berseru semangat, saat melewati beberapa pohon cemara serta tumpukan salju yang tebal. Flora tertawa senang merasakan kepuasan, menikmati darmawisata itu walaupun sejenak.
"K-kakiku lemas," Adel menoleh ke samping kepala si cungkring yang berucap.
"A-ju-pu-se-i!" si bulat terus tergulung oleh salju, membuat ukuran bolanya semakin besar dan menyusahkan si cungkring yang berlari di atasnya.
"Aaa! Ada rumah! Cungkring! Kita ke rumah itu sekarang!" Adel memekik, menunjuk sebuah rumah kayu yang usang di sebelah kanan mereka.
"Aku tidak bisa membelokkan arahnya!" si cungkring berteriak, melewatkan jalan masuk ke halaman rumah tersebut. Karena kakinya yang sudah tidak kuat untuk diajak berlari, dia mulai hilang keseimbangan. Adel yang berada di lehernya berpegang erat, sangat erat.
Kesadaran si cungkring hilang, badannya terlempar dari bola salju yang masih menggelinding. Flora yang peka dari awal, segera menyentuh Adel dan menarik gadis itu untuk melepas pegangan dari leher si cungkring.
"Wuuaaahh!" Adel menoleh ke Flora yang terbang di atasnya.
Sementara si cungkring jatuh terperosok dalam kondisi tidak sadar, sedangkan si bulat menghantam sebuah pohon cemara sampai tumbang, berakhir dirinya yang ikut pingsan seperti temannya.
Flora dan Adel mendarat, memandang kedua orang tadi yang sudah mereka jadikan kendaraan.
"Mereka nggak papa kan, Flo?" Adel bertanya, raut wajahnya kelihatan cemas.
"Menurut kamu?" Flora menonaktifkan kekuatan telekinesisnya, lalu kembali berjalan ke atas untuk mengunjungi rumah usang tadi. Adel segera menyusul Flora, sesekali dia menoleh ke belakang melihat kondisi dua orang tadi.
Mereka sampai di halaman rumah usang, Adel memeluk lengan Flora karena mulai merasa takut. Flora yang diperlakukan seperti itu, menghela napas.
"Eum Flo, cari yang lain aja yuk. Rumahnya horor." Adel berbisik, menarik tangan Flora saat gadis tumbuhan itu hendak berjalan mengetuk pintu.
"Mau nyari kemana lagi, ha? Kamu nggak lihat? Cuma ada rumah ini di hutan." Flora membalas, melepas genggaman tangan Adel.
Tok Tok
Beberapa kali Flora mengetuk, tidak ada sautan dari dalam. Adel masih berusaha membujuknya agar mencari rumah yang lain, tapi gadis tumbuhan itu tetap teguh dengan pendiriannya.
"Ck,"
Brak!
Flora menghancurkan pintu itu menggunakan kekuatan telekinesisnya, lalu berjalan masuk sambil mendengus kesal. Adel yang ada di belakangnya, menyusul dengan perasaan takut, melihat suasana gelap di dalam rumah usang tersebut.
"Flora!" Adel menarik tangan Flora, mereka berdua berhenti di tengah-tengah.
"Apasih, Del?!" Flora agak frustasi.
Adel tidak merespon, matanya terpaku saat melihat sesuatu yang digantung di sekitar perapian. Dia memberi tahu Flora lewat tunjukkan jarinya, dan gadis tumbuhan itu dibuat terkejut dengan apa yang dia lihat.
"Teman-teman kita?!" Flora tercekat, mengambil potongan kayu di perapian dan mengarahkan benda itu ke atas.
"FLORAAA!!! MEREKA UDAH MA-"
"KAMU BISA DIAM NGGAK?!?!" Flora membentak Adel yang sudah menangis, gadis itu terdiam dan meringkuk tubuhnya sendiri, takut.
Flora menggerakkan tangannya, menurunkan mereka berempat lewat kekuatan telekinesisnya. Setelah sampai bawah, dia segera memeriksa satu persatu kondisi mereka. Adel yang masih menangis, diperintah oleh Flora untuk mendudukkan Ashel dan Gita ke dekat perapian saat dirinya menangani Chika dan Christy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Protector of Snaga (HIATUS)
RandomPara remaja yang dipanggil ke dunia bernama Snaga, untuk mewarisi kekuatan sebagai pelindung tempat tersebut. Voting dan komen cerita ini kalau kalian suka atau penasaran. Difollow juga boleh, jika kalian berkenan, hehe ... Sudahlah, itu saja. Ti...