59.

441 58 9
                                    

•••••••••


°°°°°°°


"Selamat datang di ras Tarantika," Kuru dan Lumu memberi jalan para gadis saat sampai ke tempat yang mereka tuju.

Ketujuh gadis itu diam di tempat sembari melepas sarung tangannya, melihat sebuah perkampungan kecil yang asri dan sejuk. Orang-orang berlalu lalang saling menyapa, berkumpul di satu tempat, bersendau gurau, duduk bersama di sebuah warung kecil, serta berseluncur menggunakan kereta yang ditarik oleh hewan.

Sambil berjalan masuk, Kuru dan Lumu disapa oleh warga sekitar.

"Apa itu tawanan baru kalian?" mereka yang mendengar pertanyaan dari salah satu warga, dengan kompak mengerutkan dahi.

Adel mencengkeram kepala Kuru untuk meminta penjelasan lewat tatapan tajamnya. Lumu yang melihat, segera melepas tangan gadis itu dari kepala temannya dan memberi maksud soal pertanyaan tadi.

"Karena kita penjaga perbatasan, orang-orang di sini menganggap setiap kali kita membawa seseorang, akan mereka asumsikan sebagai tawanan. Apalagi kita jarang pulang ke tempat ini sebelum menangkap orang untuk kita tawan," Lumu menjelaskan, mereka yang mendongak, mengangguk bersamaan.

"Buat kita percaya kalau kalian nggak tawan kita, bisa?" Adel belum sepenuhnya yakin dengan penjelasan Lumu, begitu juga dengan yang lain.

"Lihat tangan kalian, apa kita mengikatkan tali atau rantai di situ? Tidak, kan? Lalu apa yang membuat kalian tidak percaya dengan kita?" sambil mengelus kepalanya, Kuru membalas Adel.

Mereka saling lihat, tersenyum simpul. Kemudian, Gita berjalan ke hadapan Lumu dan Kuru, keduanya tercekat karena aura yang dimiliki gadis es itu.

"Bawa kita ke orang yang bisa menyembuhkan penyakit," Gita berucap, langsung ke tujuan utama mereka.

Lumu dan Kuru mengernyitkan alis, saling pandang dan melihat Gita dengan tatapan bingung.

"Lumu, memangnya kita punya?" Kuru bertanya, mendongak ke temannya.

Lumu menggeleng, membuat para gadis tersebut tertegun heran. Christy mendekat dan menarik kerah baju milik Kuru, menatapnya tajam.

"Jangan bercanda, kamu." mengerasnya rahang serta deru napas yang berat, menyimpulkan bahwa gadis petir itu marah.

"Christy," Zee memegang bahu gadis itu, dan melerai mereka berdua.

"Kalian dapat informasi dari mana kalau ras Tarantika memiliki Dokter?" Lumu bertanya, duduk bersila agar tinggi mereka sama.

"Digo, kita dapat informasi itu dari Digo." Ashel membalas, sambil mengalungkan tangan Chika ke bahunya.

"Digo?" Lumu dan Kuru saling tatap, memperlihatkan reaksi yang sama, heran.

"Lumu! Kuru!"

Kemudian, datang seseorang berbadan tinggi besar menghampiri mereka sambil melambaikan tangan. Berhenti di depan Lumu dan Kuru, tersenyum lebar.

"Perwira, selamat pagi!" Lumu dan Kuru membungkukkan badan ke orang yang mereka panggil 'Perwira' tadi.

Empat dari ketujuh gadis yang melihat hal itu, ikut membungkukkan badannya, secara spontan. Gita, Chika, dan Flora, yang masih tegak, menghela napas.

The Last Protector of Snaga (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang