•••••••
°°°°°"Nona Naomi!"
Naomi menghentikan laju bola es, saat para anak buahnya menyambut kedatangannya. Lalu dia membelah bola es tersebut, dan ke empat gadis yang ada di dalam segera diseret oleh mereka sembari memasuki pemukiman warga.
"Kalian bawa kemana tiga gadis yang lain?" Naomi bertanya, berjalan angkuh ditengah atensi para warga.
"Kita sudah serahkan ke Tetua, sekarang ketiga gadis itu ada di rumah Nona Naomi." Mendengar jawaban itu, Naomi menyeringai.
"Bawa mereka ke rumah, aku mau menemui Tetua sebentar."
"Baik, Nona Naomi!"
Anak-anak buahnya berbelok ke kanan, dia berjalan ke kiri. Tak lama Naomi sampai di kediaman Tetua wilayah, membuka pintu dari pahatan es dan melihat Tetuanya yang duduk santai dengan pengawal yang menjaganya.
"O-oh Naomi, akhirnya kamu datang juga," Tetua menyambut kedatangan Naomi lewat mata sayunya.
"Aku sudah membawa mereka ke sini, sekarang serahkan petanya. Aku tidak mau buang-buang waktu lagi untuk pergi ke tempat itu, kakek bodoh!" Naomi berujar, menatap datar Tetuanya yang malah tertawa menanggapi ucapannya.
"Jangan buru-buru Naomi, meskipun sudah ada peta, kamu belum tentu bisa pergi ke tempat itu selagi masih ada We di hutan. Terhitung sudah belasan kali jalanmu dihalangi oleh makhluk itu. Dan meskipun aku memberimu peta menuju Kadaman, aku tidak yakin kamu bisa melewati ancaman makhluk itu, Naomi." sang Tetua menjelaskan kepada Naomi.
Perempuan itu mendecih. Lalu, sebuah pertanyaan muncul di kepalanya.
"Kakek bodoh, se-berharga apa petanya sampai aku harus menangkap tujuh orang asing yang tidak aku kenal agar mendapatkan benda itu, hm?" Naomi bertanya, sang Tetua berdiri dari duduknya.
Dari dalam jubah yang dia pakai, Tetua mengambil sesuatu, sebuah gulungan kertas yang Naomi yakini adalah peta menuju Kadaman.
"Naomi, Orang-orang yang kamu tangkap bukan sekedar gadis-gadis biasa. Aku memberimu syarat itu supaya nyawa mereka selamat," sang Tetua berucap, Naomi dibuat bingung.
"Maksudnya?"
"Ramalan Forosta pernah mengatakan, bahwa akan ada tujuh orang manusia yang datang dari dunia luar untuk mengubah paradigma yang terjadi di tempat kita. Setelah ratusan tahun, ramalan itu menjadi kenyataan, dan aku sangat yakin, merekalah orangnya." sang Tetua menjelaskan alasannya, sambil memberi peta itu ke Naomi yang masih diam mencerna kalimat seorang kakek yang ada dihadapannya.
"Para gadis lemah itu?" Naomi bergumam, tangannya menggenggam peta.
"Kenapa Tetua bisa yakin kalau mereka orangnya, hm?"
"Kan aku sudah bilang, Ramalan Forosta tidak pernah salah. Jadi, tugasmu sekarang adalah membawa mereka pergi ke Kadaman bersamamu, dan keluar dari tempat itu dalam keadaan hidup." sang Tetua membalas, kembali duduk di singgasananya.
"Apa?! Tapi mereka cuma kumpulan gadis lemah! Belum aku bawa ke Kadaman, mereka pasti sudah mati di hutan salju! Sebagian dari mereka saja hampir menjadi santapan We, apalagi kalau aku bawa mereka semua, ha!?" Naomi meninggikan nada bicaranya, sampai para pengawal sang Tetua menahan tubuh perempuan itu.
"Itu sebabnya aku menyuruhmu untuk membawa mereka, Naomi. Bekerja sama mengalahkan We, dan pergi ke Kadaman. Dengan begitu, hutan salju kembali menjadi tempat tinggal kita, lagi." sang Tetua menjawab dengan tenang, Naomi yang napasnya memburu melirik tajam ke pengawal yang menahan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Protector of Snaga (HIATUS)
RastgelePara remaja yang dipanggil ke dunia bernama Snaga, untuk mewarisi kekuatan sebagai pelindung tempat tersebut. Voting dan komen cerita ini kalau kalian suka atau penasaran. Difollow juga boleh, jika kalian berkenan, hehe ... Sudahlah, itu saja. Ti...