LF 5: UKS

111 96 5
                                    

Happy reading!

***

"Kamu hanya perlu menunggu, sebab dalam hidup, kita adalah tokoh yang alur ceritanya sudah diatur pemilik semesta"

~LF

******

Dia meringkuk diatas kasurnya dengan memegang perut yang sudah terasa nyeri sedari tadi.

"Ampun." lirihnya masih memegang perut, sepertinya maag gadis itu kambuh karena sedari tadi tidak makan.

"Argh! Go-food aja kali ya? " ujarnya sambil mencoba meraih ponsel.

"Sial! hp gue kan di dapur," Dia hanya bisa pasrah saat ini, berjalan ke dapur sungguh rasanya saat menyiksa.

"Shilla," panggilan itu terdengar lembut, namun menyakitkan hatinya.

"Masuk, pintunya nggak gue kunci." Jawab Shilla dari dalam. Mia mendekatinya, meletakkan segelas susu hangat beserta roti diatas nakas kamar adiknya.

Shilla hanya diam, mencoba menahan tangisnya yang akan membludak.

"Maafin kakak dek." Mia mengelus lembut rambut adiknya memberi kenyamanan dan ketenangan disana. Arshilla mengangguk lalu memberi kode agar Mia pergi dari kamarnya, jika dilihat Difto itu akan menjadi masalah besar lainnya.

Saat hendak beranjak pergi, tiba tiba saja dia tak sengaja menyenggol gelas berisi susu hangat itu hingga tumpah berceceran dilantai.

Mia dengan cepat membersihkan pecahan kacanya, namun karena tak hati hati tangannya tak sengaja menusuk pecahan kaca yang besar hingga gadis itu memekik tertahan.

"ARSHILLA!"

Lagi, rasanya Shilla ingin mati saja jika tiap hari harus disiksa seperti itu oleh ayah dan ibunya.

Tanpa aba aba, tanpa belas kasihan yang tertanam, difto dengan sengaja menarik kaki putrinya hingga shilla terjatuh ke lantai keramik yang dingin itu.

"HANJENG! SAKIT BANGSAT!" Pekik gadis itu saat bagian pinggangnya yang tadi terluka kembali sakit.

"DIA NGGAK SALAH!" Mia sudah sangat tak tahan melihat kondisi adiknya yang lemah seperti itu kembali disiksa oleh ayah nya.

"Mia sini ikut mama," nezza menarik tangan putri sulungnya untuk keluar kamar.

"ENGGAK LAGI MA! AKU GABISA BIARIN ADIK AKU DISIKSA." Mia menghempaskan tangan Nezza dari bahunya. Lalu melindungi Arshilla yang hampir di tendang Difto, alhasil dialah yang mengenainya.

"MIA!"
"KAKAK!"

Difto terdiam, tubuhnya seakan kaku bahkan untuk digerakkan, tendangannya tadi salah sasaran.

"NGGAK CUKUP GUE AJA YANG DISIKSA?! LO PADA MAU APA?!" Teriak Shilla, dipeluknya Mia se-erat yang dia bisa.

Entah keberanian dari mana, gadis itu mendorong Difto dan Nezza sekuat tenaga agar pergi dari kamarnya, meski bagian tubuhnya masih sakit untuk sekedar berpindah posisi dari tidur menjadi duduk.

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang