LF 21: TELAT

7 2 0
                                    

HALOO
PUASA GAA??
OKE LANGSUNG AJA YAA
JANGAN LUPA VOTE+KOMENN!!
SATU BINTANG DARI KAMU SANGAT BERHARGA BUAT AKUU 🎀

***

"apapun hambatannya, jika itu berkaitan denganmu aku rela."

**

Pagi ini di meja makan, kedua orang yang ada disana tak ada yang membuka suara. Mereka fokus pada makanannya masing-masing.

"Selesai SMA ini, mama mau kamu kerja di kantor mama," Ujar seorang wanita dengan rambut sebahu pada putrinya.

Meeya yang mendengar itu sontak menghentikan aktivitas makannya, beralih menatap sang mama yang memasang wajah datar.

"Mey mau kuliah ma," ujarnya cukup pelan.

"Gaada. Kamu langsung kerja aja,"

"Tapi Mey mau jadi dokter, aku punya impian sendiri ma," Ujarnya mencoba mempertahankan impiannya itu.

"Kamu pikir biaya kuliah kedokteran itu murah hah? Pikir dong Meey. Kamu gabisa terus-terusan bebanin mama kaya gini, ayah kamu sekarang udah ga mau tau lagi masalah ekonomi kita, trus sekarang kamu mau bebanin mama lagi?!" Meeya tertunduk dengan perasaan campur aduk, dia tau mamanya cukup terbebani akhir-akhir ini, dengan ayahnya yang sudah tak mau tau lagi tentang masalah perekonomian keluarga sehingga mamanya yang harus banting tulang membiayai kehidupan sehari-hari.

"Tapi ma, aku bakalan coba jalur beasiswa," Balasnya.

"Otak kamu minim! Mana mungkin dapet beasiswa apalagi universitas kedokteran, disitu IQ orang tinggi-tinggi, ga kaya kamu yang cuma bisa jadi beban!" ujar ibunya membuat gadis itu tertohok. Dia menggenggam erat sendok yang ada ditangannya.

"Ma, tapi aku ga mungkin relain impian aku gitu aja. Aku-"

"Ok fine! kamu yang biayain kuliah mu sendiri. Mama ga mau tau!" Ujar mamanya lalu segera pergi dari sana.

Meeya memandang sendu punggung yang semakin lama semakin menjauh itu, ingin rasanya dia memeluk mamanya namun wanita itu terlalu sibuk mengejar urusan dunia hingga melupakan putrinya yang butuh kasih sayang.

"Tuhan, apa aku harus relain impian aku tanpa harus mencoba dulu?" Monolog gadis itu dengan air mata yang kini perlahan berjatuhan di pipinya.

Bunyi klakson motor terdengar dari luar, Meeya yang mengetahui siapa yang ada diluar langsung menghapus sisa air matanya, lalu mengambil ransel dan berlari kecil keluar rumah.

"Berangkat atau beli susu dulu?" Ujar Aktar yang sudah siap dengan helm di tangannya.

"Langsung aja," Aktar mengerutkan keningnya saat mendengar suara Meeya yang sepertinya sehabis menangis.

"Kamu nangis?" Tanya cowok itu, Meeya menggeleng lalu mengambil alih helmnya dari Aktar.

"Mey habis nangis ya?" Ujar Aktar sambil menangkup pipi gadis itu. Meeya menggeleng kecil.

"Enggak, ayo berangkat," Ujar gadis itu.

"Kenapa?" Meeya tak mampu membendung air matanya lagi, pertanyaan sakral itu seolah menusuk ulu hatinya dengan pedang. Dia menutup wajahnya dengan tangan dan membalikkan badannya agar tak dilihat Aktar.

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang