LF 30: SEMOGA SAJA MEMBAIK

5 2 0
                                    

haloo.
happy reading 💞

***

"Tidak ada yang lebih sakit daripada kehilangan salah satu dari kita. Tubuhnya memang telah kembali ke alam sana, namun, jiwanya masih disini bersama hati yang dibalut luka."

****

Ujian akhir telah dimulai. Sedari pagi, banyak siswa yang mondar-mandir keluar masuk perpustakaan sebelum waktu ujian dimulai. Mereka dengan kartu ujian yang tergantung di leher masing-masing serta sebuah papan ujian dan alat tulis yang dibawa dari rumah.

Sudah 3 hari semenjak kepergian cinta pertamanya. Arshilla semakin banyak diam, irit bicara termasuk pada teman-temannya.

Gadis itu tak bisa bohong, sorot matanya memancarkan lelah yang amat. Netra hazel yang biasanya cerita itu kini hanya bisa menatap kosong. Kata semangat dari orang-orang tak bisa membuatnya secepat itu menerima kenyataan, bahwa dia benar-benar sendiri kali ini.

"Shilla." Panggil seseorang. Arshilla menatapnya lalu tersenyum tipis sebagai jawaban.

"Gue cariin, tau nya disini." Ujar Meeya. Gadis itu duduk sembari meletakkan sekotak susu coklat, serta sebungkus roti keju di sebelah Shilla.

"Dimakan, ya?" Arshilla tersenyum lalu mengangguk.

"Iya, ntar gue makan." Balasnya.

"La, mungkin lo udah sering dengar kata semangat. Jadi, gue ganti dengan terima kasih." Ujar Meeya membuat Shilla menatapnya.

"Terimakasih udah bertahan, terimakasih lo udah ada di bumi ini dan ditakdirkan untuk jadi sahabat gue. Terimakasih, ya?" Mata gadis itu berkaca karenanya. Shilla beralih memeluk Meeya erat, sedari SMP, bahkan sampai saat ini gadis itu yang selalu ada untuknya apapun situasinya.

"Terimakasih juga udah jadi sahabat yang baik buat gue." Ujar gadis itu.

Setelah menghabiskan sekitar 15 menit waktunya untuk sekedar berbincang dengan Meeya, Arshilla kini berjalan pelan menuju ruang ujiannya. Gadis itu akan ujian di ruang satu, berbeda dengan Meeya serta Nayla yang akan berada di ruang 3.

"Gue turut berduka ya? Lo emang pantes sih, dapetin takdir ini." Kepala Arshilla yang semulanya tertunduk menatap ubin, kini beralih kepada seorang gadis yang tengah melipat tangannya angkuh didepan dada.

"Terima kasih." Balas gadis itu, setelahnya dia beranjak pergi.

"Makanya, gausah cari masalah. Kena kan, lo? Haha, kasian ya? Enggak pernah ngerasain dipeluk ayah." Ucapan itu sungguh menghantam dadanya telak, serasa seperti diremas kuat. Arshilla terpukul oleh kenyataan, apa yang diucapkan Vristie memang benar, dirinya tak pernah mendapat kasih sayang seorang ayah.

"Iya, makasih rasa kasihan nya. Tapi, kayaknya lo yang seharusnya dapet kata-kata itu, kan?" Seulas senyuman tipis terkesan sinis terbit di bibir indah gadis itu. Arshilla diam, menatap lawan bicaranya yang kini tengah menatapnya bingung.

"Apa-apaan lo?" Ucap Vristie, merasa dirinya tersindir akan kalimat Shilla barusan.

"Gue lebih kasihan, ngeliat orang yang haus belaian laki-laki diluar sana. Gue emang nggak pernah dapet kasih sayang papa, tapi gue juga nggak pernah ke tempat hiburan malam, cuma untuk dapetin cinta semalam." Skakmat! Vristie terdiam seribu bahasa, bungkam akibat lontaran kenyataan yang keluar dari mulut gadis didepannya ini.

"Main lo kurang rapi. Coba lagi, ya?" Arshilla menepuk pelan bahu gadis itu lalu melenggang pergi dengan tangan yang terlipat di depan dada, menambah kesan elegan dalam dirinya.

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang