LF 25: GADIS BARU?

9 2 0
                                        

haloo!!
ini adalah salah satu alasan aku ga excited buat publish, soalnyaa ya gaada pembaca
:(
btw, happy reading all!!

***

"Jika memang tak bisa bersama. Terimakasih pernah ada. Melengkapi setiap bagian kosong dari cerita, dan menjadi tokoh utama yang melagenda."

***

Pagi ini, tak sama seperti pagi sebelumnya. Arshilla, seorang gadis yang selama hidupnya tak pernah mendapat cinta yang penuh serta tulus, kini sepertinya dia mendapatkan itu.

"Jangan lagi nangis." Gumamnya membaca salah satu note kecil yang ditempelnya pada kaca meja rias.

"Oke, ga nangis. Tapi, ga janji." Monolog gadis itu, matanya mengerjap lucu menatap pantulan dirinya sendiri di kaca. Sudah lama rasanya tak melihat wajah se—ceria itu.

"Ma, aku ga lupain mama. Tapi jujur, perhatian tante Ghina buat aku nyaman." Shilla terdiam, otaknya kembali berputar ke memory beberapa minggu lalu.

Flashback on!

Dengan langkah kecilnya, Shilla berjalan memasuki perkarangan rumah. Disana ada Ghina yang sedang menikmati secangkir teh panas, dan majalah di tangannya.

Netra mereka bertubrukan. Dapat Shilla lihat ketulusan disana, tak ada kebencian seperti tatapan ibu kandungnya dahulu kala.

Ghina tersenyum hangat, direntangkan tangannya untuk menyambut gadis itu pulang sekolah.

"Sini peluk, kamu pasti cape kan? Mau cerita?" Tubuh Shilla menegang. Jujur saja perhatian sekecil itu mampu membuat jantungnya berdebar keras, seolah dipukul telak.

Dengan gerakan pelan, gadis itu mengangguk lalu membalas pelukan Ghina yang hangat dirasakannya.

"Anak mama cape ya? Nanti mama temenin jalan-jalan, kita ke mall juga buat girl time." Air mata Shilla perlahan luruh, sungguh diluar prediksinya dia akan menangis. Darahnya berdesir hebat kala sentuhan lembut Ghina menyapu tubuhnya. Sentuhan seorang ibu yang bahkan tak pernah dia dapatkan dari ibu kandungnya.

"Tan, Shilla boleh panggil tante, mama?" Sungguh rasa senang kini menyeruak, Ghina memeluk gadis itu kian erat bagai ibu dan anak kandung yang tengah bercengkrama.

"Boleh sayang, boleh." Ghina menghujani pipi gadis itu dengan ciuman lembutnya.
Anak perempuan yang sedari kecil dia sayangi, anak perempuan yang dari dulu dia kasihi namun tak pernah berinteraksi, kini memangilnya dengan embel-embel 'mama'.

Flashback off!

"Rasanya enggak adil ma, tante Ghina segitu baiknya tapi kebaikannya ga aku balas." Ghina memang bukan orang tua kandungnya, namun kasih sayang wanita itu bisa menembus jantungnya.

"Mama cuma satu, selamanya begitu. Tapi, aku juga sayang mama Ghina," Akhirnya monolog selesai, Shilla turun ke bawah dengan seragam lengkapnya. Tak lagi acak-acakan seperti sedia kala, semenjak dekat dengan ibu sambungnya itu Shilla benar-benar berubah menjadi gadis seperti umumnya.

Mulai menyukai riasan wajah, dan tutur katanya yang perlahan melembut.

"Morning sayang." Sapa Ghina, wanita itu masih sibuk menyiapkan sarapan. Pemandangan ini sungguh sangat disukai Shilla, pemandangan yang dulunya tak pernah dia dapatkan dari ibu kandungnya.

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang