hallow?!
see u again.
btw, buat kalian yg ngebaca cerita yang membosankan ini, aku minta kerjasama nya, ya? Tolong pencet votenya.happy reading!!💞
***
"Kamu, cinta terindah dan seseorang yang paling baik di masa putih abu. Semoga kisah kita tak hanya sebatas pena dan buku, melainkan lebih dari itu."
***
"Jangan sakitin diri sendiri, ntar kalau gue nggak ada yang ngobatin siapa?" Dena yang sedang memakai tali sepatunya terdiam, mengapa ucapan itu terulang berkali-kali bagai kaset rusak di ingatannya?
"Its okay. Terimakasih udah dengerin isi hati gue. Bahagia selalu, Dena." Lagi, gadis itu menepuk pipinya pelan, mengapa kalimat Galan terus saja bermain di ingatannya? Dan anehnya, setiap mendengar kalimat itu hatinya akan sesak, seperti ingin menangis tapi untuk apa?
"Gue jahat, ya?" Gumanya, sedetik setelah itu Dena menggelengkan kepalanya. Memikirkan itu hanya akan membuat sakit kepala.
Saat sedang berdiri di depan gerbang rumahnya, sebuah motor sport merah hitam sudah terparkir rapi disana.
"Naik," Ujar sang pemilik. Tatapan teduh itu menenangkan siapapun yang melihat, senyuman manis yang tercetak jelas di bibir tipis itu sungguh menawan hati.
"Gue dianter." Elak Dena.
"Nggak ada siapa-siapa disini, kalaupun dianter pasti telat." Balas Galan.
"Sejak kapan lo disini?"
"15 Menit yang lalu," Dena terdiam, 15 menit yang lalu cowok itu sudah berada disini, itu artinya dia mendengar semua celotehan Dena yang tak ada abisnya itu?!
"Naik." Gadis itu tak punya pilihan lain lagi, benar yang dikatakan Galan, menunggu taksi atau memesan melalui aplikasi online akan membutuhkan waktu, dan pasti dia akan terlambat untuk sampai ke sekolahnya. Dimana mobil Dena? Di bengkel, lebih tepatnya sedang diservis.
Saat roda motor itu menginjak perkarangan SMA, banyak tatapan dengan ribuan arti menyorot mereka. Ada tatapan benci, terkejut dan lainnya.
"kok mereka bareng? Bukannya kemaren cewek itu nolak Galan?" Rata-rata begitulah cibiran yang mereka berikan. Dena sungguh tak nyaman, kenapa situasinya jadi seperti ini?
"Masuk kelas, belajar. Seminggu lagi ujian," Netra mereka bertabrakan, Dena menatap dalam mata hitam itu.
"Gausah takut, kita nggak bakalan asing cuma gara-gara lo nolak gue. Seenggaknya kita temenan, sampai nanti." Dena tersenyum lembut, benar kata Meeya, Galan itu definisi ijo neon, eh bukan ijo Shimmer.
"Makasih, lo juga belajar. Kalau enggak, kado graduation nya gue undur." Setelah mengucapkan itu, Dena berjalan menuju kelasnya meninggalkan Galan yang masih berdiri disana.
"Kado, graduation?" Ulang cowok itu, jantungnya kembali menggila hanya karna kata 'kado' yang tersemat di ucapan Dena.
"Hts, ya? Kasian." Suara dari seseorang membuat Galan menoleh, cowok itu berdecak, sebal dengan tingkah teman-temannya itu.
"Biarin, daripada nggak sama sekali?" Zafran kicep, perkataan Galan jelas-jelas menyindir dirinya.
"Gue nggak mau pacaran, cukup temenin dia berproses. Karna, kalau pacaran pasti ada putusnya, beda kalau temenan." Ujar Zafran, cowok itu menatap gedung sekolah yang telah dijadikannya rumah kedua itu, selama 3 tahun mereka disini, kelas dan rooftop adalah tempat ternyaman yang Zafran miliki.

KAMU SEDANG MEMBACA
Last Forever
Tienerfictie⚠️jangan lupa vote & follow⚠️ Ini tentang keluarga, persahabatan dan kisah percintaan yang nantinya akan berakhir sempurna. Semoga saja semesta merestuinya. Arshilla Veriska Byantara, gadis yang selalu saja menanggung sesuatu yang sangat diluar bata...