LF 2: INGIN PERAN KELUARGA

119 98 5
                                    

Halllo
Selamat siang, pagi, atau bahkan malam.
Seperti biasaa, semoga kalian suka ceritanya.

***

"Orang tuaku ada, namun aku kehilangan perannya,"
~LF

***

Gadis itu menapakkan kakinya di depan teras rumah setelah turun dari motornya.
Dia hanya diam, bergeming di depan gerbang sambil menatap ke dalam rumah mewah itu.

Entah apa yang akan terjadi ketika ia masuk ke rumah itu, bentakan tentunya.

"Huh," Hembusan nafas panjang dan berat terdengar dari mulutnya, setelah sekian lama berdiam di luar akhirnya Arshila memberanikan dirinya masuk ke dalam rumah yang terasa neraka itu.

Saat masuk ke dalam, terlihat 3 orang sedang bercanda ria di meja makan. Seorang anak perempuan, ibu, dan ayahnya sedang duduk di disana.

Arshila tak menyapa, ia hanya menatap pemandangan itu dari kejauhan. Keluarganya memang utuh tapi gadis itu kehilangan peran ayah dan ibunya.
Kehangatan yang selalu tercipta hanya untuk Mia, kasih sayang yang selalu tercurah hanya pada Mia. Sehingga gadis ini hanya mendapatkan hikmahnya saja.

"Shila! Sini makan" teriakan itu berasal dari kakaknya, Avnamianza. Seorang anak yang selalu membanggakan orang tua dan keluarga dan selalu menjadi pusat perhatian teman kerja mama dan papanya.

"Enggak, kakak makan aja gue nggak laper."
Shila tak pernah sekalipun membenci kakaknya meski kadang dia iri dengan apa yang dirasakan Mia, namun sumpah. Shilla tak pernah membencinya.

Setelah mengatakan itu dia beranjak pergi ke kamarnya dilantai atas, melemparkan tubuh di kasur besar miliknya menatap langit langit kamar yang indah.

"Gue cuma pengen ngerasain 5 detik berharga gue, bareng mama. Apa itu nggak boleh?" Bermimpi! Itu yang selalu Arshila lakukan, memeluk mamanya hanya bisa dialam mimpi bukan dialam nyata.

"Gausah mimpi ege! Tuhan gabakalan dengar doa orang nakal kaya lo," Ujarnya sendiri.

"Shila, keluar." Ucapan itu mampu membuat Arshila terlonjak kaget, ia langsung berlari membuka pintu kamar dan keluar menuruti perintah mamanya.

Situasi ini bukan pertama kalinya terjadi di hidup seorang arshilla. Dia hanya diam, tertunduk ditempat dia berdiri, enggan untuk menatap manik sang ayah yang berada di depannya.

"Kalau udah bodoh, gausah cari masalah!"
Terdengar kekehan sinis diujung kalimat yang dilontarkan difto pada anaknya.

Arshilla hanya diam, mengunci mulutnya rapat rapat agar tak mengeluarkan suara.

"Jangan nyusahin dan maluin papa sekali aja bisa ga Shila?! Tolong jadi seperti kakak kamu,"

Arshilla mengangkat kepalanya, sekarang sudah menatap sang ayah dengan tatapan sayu yang sulit diartikan.

"Papa juga bisa ga sekali aja anggap Shila sebagai anak papa?" Dia menggigit bibir bawahnya keras dengan tangan terkepal kuat.

"Kalau tidak saya anggap, dari kecil kamu sudah saya buang. Gaada gunanya juga kamu hidup, cuma malu maluin saya saja"
Sangat kejam! Tak manusiawi sama sekali.
Bukan perkataan yang seharusnya dilontarkan ayah kepada anak perempuannya.

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang