LF 3: AKU HANYA MEMBELA.

120 102 11
                                    

Haloo!
Good morning, or evening or night!
Selamat membacaaa!
Semoga sukaaa!
Jgn lupa tandai typo

*****

"Rumahku mewah, orang tuaku juga ada. Namun aku tak pernah mendapatkan cinta dan rasa nyaman dari itu semua"

~LF

*****

"Shila!"

"Iya, bentar"

Plakk!

Shila tertoleh ke samping saat tamparan keras itu menghasilkan rasa sakit yang luar biasa dibagian pipinya

"MAU DENGAN CARA APALAGI KAMU MEMPERMALUKAN, SAYA?!" suara itu menggema, dan memekakkan telinga.
Arshilla menundukan kepalanya, tak berani menatap siapapun yang ada didepannya saat ini.

"Maaf, pa." Ujarnya.

"ANAK GA GUNA!"

"Pa salah aku apa?" Tanya gadis itu bingung.

PLAKK!

satu tamparan keras berhasil mendarat di pipinya, Nezza yang melihat itu hanya memalingkan wajahnya ke arah lain.

Bulir bening bak permata jatuh di pipinya, saat ini hatinya sangat sakit.
Tak habis habis difto atau papanya itu menyiksa fisiknya seperti ini.

"Salah aku apa?!" ujarnya masih dengan kepala yang tertunduk penuh luka.

Difto mencengkram erat pipi anak perempuannya, menarik rambut arshilla sekuat yang dia bisa hingga gadis itu merintih kesakitan.

"NILAI KAMU SUNGGUH MEMBUAT SAYA MALU! DAN SEKARANG? KAMU MAU MELAKUKAN APA LAGI?!" Teriak Difto penuh amarah.

"Akhh! papa lepas pah. Rambut shilla sakit,"
Lirihnya namun difto seolah tuli dan tak mendengar, lelaki itu semakin menjadi menarik rambut anaknya ke belakang.

"ANAK SEPERTI KAMU HARUSNYA DIBUNUH DARI DULU!" Begitu teriakan nya tepat di telinga gadis malang itu.

"Akhh! Mama tolongin shilla ma, sakit ma. Papa lepasin pa!" Semua orang seolah tak peduli dengan gadis itu sekarang. Ia bahkan tak bisa melindungi dirinya sendiri saat tendang difto meluncur bebas ke arah perutnya

Bugh!
Arshilla terhempas ke dinding saat sampai di lantai, matanya sudah terpejam erat dengan air mata yang masih mengalir deras membasahi wajah cantiknya yang penuh memar itu.

Difto dan Nezza seolah dibutakan, mereka tak bisa melihat rintihan anaknya saat tadi mereka siksa. Dan sekarang? Mereka bahkan tak berniat membantu

Membiarkan arshilla disana sendirian membiarkan gadis itu merasakan sakit akibat ulah mereka.

"Shillaa!" Mia menangis histeris saat melihat kondisi adiknya yang sudah menggenaskan di ruang tamu. Dia memeluk arshilla seerat yang dia bisa, mencium pipi adiknya berulang kali dengan air mata yang terus mengalir deras.

"Maafin kakak. Kakak gabisa bantu kamu," air matanya semakin deras, hingga menitik ke wajah adiknya membuat gadis itu terbangun.

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang