LF 9: ANAKMU RINDU, MA.

76 62 2
                                    

Halo, selamat datang kembali di cerita aku.
Selamat membaca, semoga suka ceritanya!

Happy reading

.

.

"Bersama tak harus terikat hubungan, mencintai tak harus memiliki!"

~LF

***

kelas belum usai, sekarang jam istirahat pertama telah berakhir.
Itu artinya, para murid harus memasuki kelas mereka masing-masing, tetapi tidak dengan shilla yang masih duduk di rooftop sekolahnya.

"Pantesan aja dibenci. Udah bego, suka cabut pula," ujar seorang gadis dari arah belakang, membuat Shilla membalikkan badannya. Namun sedetik setelahnya ia kembali menatap hamparan langit biru dari atas rooftop itu.

"Gue ngomong, bukannya direspon. Malah di anggurin, dasar kurang attitude!" Sarkas gadis itu penuh penekanan.

"Mau lo apa?" Balas shilla masih tak menatap gadis itu.

Sekarang tidak ada lagi percakapan diantara keduanya, sampai Vristie menghampiri Shilla yang tengah berdiri sambil memegang besi pengaman di sana.

"Inget ya shill, jangan pernah berani ngelewatin batas sabar sahabat gue. Atau lo, bakalan tau sendiri akibatnya." ujar gadis itu dengan sorot mata yang sulit diartikan.

"Gue kasian ama lo, udah dihajar habis-habisan oleh orang tua. Malah gak beruntung soal pertemanan. Miris." Ujar Vristie.

"Daripada lo, udah gaada temen malah busuk kaya bangkai." Ujar Shilla lempeng tapi mampu membuat Vristie terdiam.

Shilla beranjak meninggalkan rooftop untuk menuju ke kelasnya. Setelah sampai di depan pintu kelas, gadis itu menghela nafasnya panjang. Pasti dia akan dimarahi gurunya nanti.

"Assalamualaikum bu," ujarnya membuat seisi kelas memusatkan pandangan padanya.

"Wa'alaikumsalam," balas guru perempuan itu, masih dengan senyum ramahnya.

"Darimana saja nak?" Tanya nya saat Shilla menghampiri untuk menyalimi.

"Dari-" ucapan itu terpotong saat salah seorang siswi dengan tiba tiba melemparkan bola-bola kertas kearahnya.

"Pasti abis ngejalang buk! Kan mamanya gitu," ujar salah seorang siswi dengan lantang, membuat shilla yang semulanya ingin memungut kertas itu mengurungkan niatnya.

"Apa lo bilang?!" Dena sudah akan bangkit dari duduknya untuk melempar mulut cewek itu dengan sepatunya, namun ditahan Meeya.

"Rifa, nak. Jaga ucapannya," ujar guru perempuan itu dengan lembut.

"Ayo Shilla, silahkan duduk" perintahnya membuat Shilla mengangguk.

"Lain kali kalo gapunya adab, gausah sok-sok an nilai orang lain. Nilai aja diri lo sendiri yang terlalu buruk itu." ujarnya berbisik pada Rifa yang tadi melemparkan bola-bola kertas padanya.

****

Dijemput oleh orang tua saat pulang sekolah merupakan mimpi terbesar gadis ini, tapi hal itu hanya akan sia-sia.
Karena pada dasarnya, dia hanyalah anak yang tak pernah dianggap.

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang