LF 31: USAI?

11 2 0
                                    

hi?
happy reading all!💞🫂

****
"untuk saat ini, dan sampai kapanpun. jangan terlalu percaya pada orang-orang. bisa jadi orang terdekatmu yang akan membunuhmu."

**

Seseorang melangkah maju, dan beberapa kali melihat ke belakang. Tatapan matanya meliar melihat sekeliling, memperhatikan setiap jalanan yang ditelusurinya.

"Nggak ada siapa-siapa, aman." Ujarnya pada seseorang diseberang sana melalui ponsel. Benda pipih itu dimasukkan ke dalam saku lalu seseorang itu memakai masker diwajahnya.

Dari arah berlawanan, seorang gadis dengan kaca mata tebal yang bertengger di hidungnya, serta rambut sebahu yang terlihat acak-acakan itu berlari ke dalam gang yang telah dijanjikan untuk tempat pertemuan.

"Mana kertasnya?!" Gadis itu gelagapan memberikan selembar kertas berlogo rumah sakit kepada orang itu, dalam diam sang gadis bermasker tersebut mencetak senyuman tipis.

"Thanks, ini imbalan lo. Jangan pernah ngasih tau siapapun, atau lo mati ditangan gue." Ancamnya, setelah itu segera pergi dari sana.

Sang gadis berkacamata itu tertunduk lesu di aspal, dia menangis disana.

"Permisi?" Dia mengangkat wajahnya, melihat seseorang didepan yang tengah berdiri sambil menyodorkan sapu tangan.

"Are you okay?" Arshilla beralih duduk di depan gadis itu sambil memperbaiki tatanan rambutnya.

Sambil mengangguk lesu, gadis itu menyodorkan tangannya ke arah Arshilla, berniat untuk memperkenalkan dirinya.

"Lily," Ujarnya.

"Shilla."

"Terimakasih sapu tangannya, kak." Ujar Lily, gadis berkacamata itu menatap Arshilla sangat dalam.

"Sama-sama, btw nggak usah manggil kakak. Kayanya kita seumuran," Balasnya. Lily tersenyum tipis.

"A-aku pulang dulu, ya? Pasti udah dicariin mama." Arshilla mengangguk.

"Oke, hati-hati." Ucapnya, Lily melambaikan tangan lalu segera pergi dari sana.

"Gimana rasanya dicariin mama?" Lirih gadis itu pelan. Tak lama setelahnya dering ponsel dari dalam tasnya berbunyi.

"Halo?"

"Shilla dimana? Mama udah masakin seafood saus Padang diatas meja, nanti kalau udah pulang langsung makan aja ya nak? Mama ada kerjaan di kantor papa kamu, mungkin pulangnya agak malam." Arshilla tersenyum mendengar suara seseorang di sebrang sana, ucapannya barusan menjadi kenyataan, pikirnya.

"Ini udah mau pulang, ma. Mama hati-hati, ya?"

".."

Setelah sambungnya telepon itu terputus, Shilla kembali memasukkan benda pipih itu kedalam tasnya dan melanjutkan langkah, gadis itu tak membawa motornya hari ini. Entah apa alasannya.

Entah datang darimana, segerombolan lelaki dengan pakaian serba hitam serta beberapa rantai yang berada di celana robek-robek itu mendekati Arshilla.

"Cantik gini, rugi kalau dianggurin." Ujar salah seorang diantara mereka. Pria bertubuh gempal dengan wajah sangar itu mendekati Arshilla, sungguh gadis itu ketakutan sekarang.

"Siapa kalian?" Tanya gadis itu dengan tangan yang bergerak meronggoh saku roknya.

"Karna lo udah lewat di jalan kita, lo harus terima konsekuensinya."

"Maksud?"

"Layanin kita." Wajah Arshilla merah padam, tangannya terkepal erat di sisi kanan dan kiri seragamnya. Lancang sekali mulut pria itu.

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang