LF 24: JADIAN?

11 2 0
                                    

HAPPY READING ALL!!
💗✨

***

"Aku menyukai laut, langit, bintang, dan salah satu penduduk bumi yang memiliki mata seindah bulan sabit saat tersenyum, dan, seperti melody paling indah saat dia tertawa."

***

"Ada orang ga sih?" Kesalnya saat sambungan telepon itu tak juga mengeluarkan suara.

"La, kita bisa ketemu sebentar nggak?" Shilla mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk. Suara seseorang di seberang sana terdengar bergetar seperti sehabis menangis.

"Ini siapa?" Tanya nya.

"Cafe Garuda coffee, Jalan Ambar nombor 13," Setelah itu sambungannya terputus. Lagi-lagi kerutan di dahi gadis itu terlihat, siapa orang ini? Mengapa bisa dia tau nomor ponselnya?

"Jam 6. Kalau ke sana palingan 15 menit nyampe," Gumam gadis itu. Setelahnya dia beranjak mengambil jaket kulit berwarna hitam yang tergantung di dinding kamarnya.

Setelah kurang lebih 15 menit, akhirnya Shilla sampai di tempat tujuan. Dia turun dari motor dan membuka helm full facenya. Mengedarkan pandangannya ke dalam cafe itu, hingga netra hazel itu menangkap siluet seseorang yang tengah menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangan, dilihat dari posisinya seperti sehabis menangis.

"Sorry, gue kelamaan ya?" Tanya Shilla, tanpa aba-aba gadis itu langsung memeluk tubuh Shilla yang membuatnya terdiam.

"Gue ga kuat, gue ga bisa!" Ceracau gadis itu. Shilla bingung, tak tau harus bagaimana.

"La, gue minta maaf," Lirihnya, Shilla kenal betul suara itu.

"Nay?" Ujarnya pelan, Nayla menatap manik hazel itu. Dengan penuh sesal serta rasa malu yang teramat dalam, dia menatapnya sangat lama.

"Maaf. Maaf. Maaf," Lirihnya.

"Hei? Everything will be fine," Ujar Shilla menenangkan. Di usapnya air mata Nayla yang menderas itu lalu setelahnya mendudukkan gadis itu ke kursi.

"Kenapa? Siapa yang jahatin?" Mendengar itu ingin rasanya Nayla menghilang saja dari bumi ini, orang yang sudah dia buat sakit malah menanyakan keadaannya. Sungguh, dia malu.

"Gue jahat! Gue ga ada gunanya!" Air mata Nayla menderas, tak kuat lagi menahan hatinya untuk tak menangis.

"Siapa bilang?"

"Gue jahat la! Gue, gue-" Shilla menghentikan pergerakan tangan Nayla yang terus saja menjambak rambutnya sendiri. Jika terus dibiarkan mungkin Nayla akan terus menyakiti dirinya.

"Ceritain ke gue, apa masalahnya?"

"Mama," Lirih Nayla.

"Mama lo kenapa?"

"Mama masuk rumah sakit, la." Ujarnya pelan, Shilla yang mendengar itu pun semakin mendengar ucapan gadis itu dengan intens.

"Lo tau keluarga gue kan? Mama selalu aja paksa keinginannya, Gue gakuat la," Shilla hanya diam menyimak rentetan kata yang diucapkan Nayla, tak memotong sedikitpun.

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang