BAB 3 SIAPA AKU ?

206 61 442
                                    

--Tak perlu kau tahu siapa aku, cukup pahami arti hadirku untukmu.
Karena apa pun yang kau tuju itu AKU--

Duduk melantai di Aula Gedung Serbaguna Tunjung Wijaya. Tak kurang ada lima puluhan murid di sana yang didominasi kaum adam. Aku bersila di barisan kanan bersama segelintir teman yang ku kenal dan sebagian besar adalah anggota SRC (Student Red Cross).

"Dua bulan lagi ada seleksi antar sekolah untuk Jambore Nasional tahun depan." Daripada hanya diam menunggu, Yanti pun mengawali sebuah obrolan.

"Oh ya?" selidik ku penasaran.

"Iya, sepertinya minggu depan sudah mulai latihan."

"Kamu ikut Yan?" Kutatap teman sesama SRC itu dengan seksama. Dia hanya mengangguk mantap.

"Kamu sendiri?" Yanti balas menatapku.

"Aku akan li-- "

"SELAMAT SORE SEMUANYA !!!" Suara menggelegar dari pengeras suara mengalihkan obrolanku dengan Yanti.

Spontan kami melihat ke depan, seorang siswa dengan kaos hitam dan celana panjang abu-abu berdiri memegang mikrophone melambaikan tangan kearah barisan para murid yang sudah duduk rapi tersebar memenuhi seperempat aula.

"Selamat soreeeee...!" Jawaban serempak yang terdengar kurang kompak menggema begitu kerasnya hingga tiap sudut aula.

"Terima kasih, sudah meluangkan waktu untuk menghadiri briefing sore ini. Saya mewakili anak-anak SHC (Student Hiking Club) sekali lagi mengucapkan terima kasih." Terdengar gemuruh tepuk tangan memenuhi ruang Aula.

"Buat adek-adek kelas 1 yang belum mengenal saya.." orasi terhenti karena dari arah penjuru selatan terdengar berbagai ocehan tak jelas. "....yaaaa tenang dulu semuanya."

Butuh 1 menit untuk membungkam semua mulut agar kembali fokus sebagai pendengar.

"Baiklah saya lanjut ya, kenalkan nama saya Dimas kelas 3 IPS 2. Sudah tahu kan kalau saya ini Ketua SHC yang bakal turun keprabon minggu depan," kelakarnya disambut sorakan ramai dan perlahan surut kembali sunyi dalam waktu 1 menit.

"Oke langsung saja ya, kalian semua dikumpulkan disini untuk mengikuti briefing berkenaan dengan event pendakian ke Gunung Lawu 3 minggu lagi. Hal-hal yang perlu kalian cermati..." Suasana terasa khidmat.

Mereka mendengarkan sepenuh jiwa tanpa ada selingan ocehan ringan. Hanya satu dua siswi saja meminta ijin keluar untuk melepaskan panggilan alam di toilet. Dan itu tidak merubah apa pun, karena konsentrasi kami tetap tertuju pada Dimas yang dengan gamblang memberikan berbagai arahan.

Gerak bibirnya begitu lihai merangkai ratusan kata agar dapat kami cerna dengan mudah, tidak seperti penjelasan Fisika siang tadi. Begitu rumit, sulit, otak menjerit hingga membuat kepala sakit.

"Untuk lebih lengkapnya, barang apa saja yang wajib dibawa, aturan-aturan selama pendakian, semua larangan yang ada juga hal-hal lainnya bisa kalian minta daftarnya sudah kami rangkum dan kami copy. Tolong mas Jack nanti di bagikan ya di basecamp." Dimas mengarahkan pandangan pada siswa berambut ikal di bagian jambulnya.

"Siap pak Ketu !" Jack melambaikan tangan dari barisan paling belakang, membuat puluhan pasang mata menghujaminya.

"Terima kasih mas Jack, I love you pul," seloroh Dimas mengundang tawa.

"Baiklah... saya rasa sudah cukup ya. Apakah ada yang mau ditanyakan?" Dimas melepas pandangan jauh ke depan menyapu luasnya Aula demi menemukan tangan yang terangkat dengan sukarela. Hasilnya nihil.

KEMBANG SENDUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang