BAB 28 TIDAK JELAS

37 7 57
                                    

--Keberhasilan yang membanggakan, jangan mengubahnya menjadi sebuah kesombongan--



Peluh mulai membasahi, entah berapa kali aku mengusap wajah menggunakan tisu yang kuambil dari UKS sesaat sebelum Ayik memanggilku.

"Kak Yidhi, buruan ke lapangan sebentar lagi ada pengumuman pemenang kompetisi basket dan seleksi Jamnas," ucap Ayik kala itu sambil mengatur nafas setelah berlarian dari barisan upacara.

"Kan bisa perwakilan aja, aku nggak perlu ikut ke lapangan," tolakku cepat karena malas harus berdiri di tengah lapangan saat terik matahari menyapa dengan hangatnya.

"Enggak kak, nanti Bapak Kepala Sekolah akan memanggil semua nama yang ikut berpartisipasi dalam kompetisi untuk maju ke depan lapangan."

"Begitu ya, kirain cuma perwakilan saja." Aku masih merespon dengan malas.

"Ini juga aku disuruh kak Alex buat manggil kak Yidhi."

"Apa? Yang nyuruh Alex?" tanyaku terkejut dengan mata setengah melotot.

Ayik mengangguk pasti disertai senyum menyeringai. Dia tahu aku sangat patuh dengan apa pun titah yang diberikan Alex.
Lelaki itu akan marah jika ada hal kedisiplinan yang sengaja dilanggar apa lagi dengan alasan malas.

Secepat itu aku berdiri dari kursi melangkah meninggalkan UKS karena tak ingin mendapat semprotan amarah dari ketua pentolan Pramuka.

Dan benar saja, disinilah aku sekarang berdiri berjejer di tengah lapangan bersama regu Pramuka dan SRC di barisan kiri serta anak-anak basket berderet di sebelah kanan.

Dan benar saja, disinilah aku sekarang berdiri berjejer di tengah lapangan bersama regu Pramuka dan SRC di barisan kiri serta anak-anak basket berderet di sebelah kanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

YIDHI KINARYOSHI


"Terima kasih untuk kalian semua yang sudah membawa nama baik SMA Tunjung Wijaya. Kami segenap guru, para staf, seluruh siswa dan saya pribadi memberikan apresiasi sebesar-besarnya atas pencapaian ini. Kami bangga dengan kalian...." Suara Bapak Sadali selaku Kepala Sekolah terdengar menggelegar melalui pengeras suara.

Diikuti gemuruh tepuk tangan dan sorak sorai dari ratusan siswa dalam barisan upacara. Serempak aku memberikan senyum bersama para tim pemenang yang berjumlah belasan. Ada rasa bangga terpatri, haru menyertai sanubari kala iringan lagu Mars dan Hymne SMA Tunjung Wijaya dikumandangkan sebagai tanda penghormatan atas sebuah keberhasilan kami.

Tak terasa mataku mulai berkaca-kaca.

"Jangan nangis. Ingat, air matamu sudah habis kemarin sore. Sekarang kamu harus tersenyum bangga Yid," bisik Alex yang berdiri disampingku.

Kepalaku mengangguk pelan, berusaha menahan gejolak hati. Seulas senyum kuberikan pada Alex, dia membalas dengan anggukan.

*****

KEMBANG SENDUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang