BAB 1-b PR vs JAMKOS

219 71 447
                                    

-- Berharap dalam mimpi, menjalani dalam kenyataan--




"Yid !!" panggil seseorang saat aku akan menapakkan kaki ke dalam kelas. Dengan sigap aku memutar badan.

"Ada apa Sa?" tanyaku pada gadis sholehah yang melangkah mendekat sambil memperbaiki posisi hijabnya. Dia seorang anggota club SRC (Student Red Cross) alias PMR bernama Annisa, kelas 3 IPA 3.

"Besok ke Lawu kamu yang jadi Tim Penjaring ya?" Dia yakin aku pasti mengiyakan, karena aku juga anggota club SRC dan paling getol dengan kegiatan diluar.

"Siaaaapp!!!" Aku berteriak dengan semangat 45, Annisa tersenyum puas.

"Baguuuuss," balas Annisa mengacungkan dua ibu jari.

"Kamu sendiri ikut ke Lawu nggak ?" tanyaku menyelidik, bersandar pada dinding luar kelas.

"Kaya'nya nggak ikut Yid, fisikku dah merapuh," seloroh Annisa dengan wajah memelas.

"Halah, sok tua kamu Sa persis nenek-nenek." Aku terkekeh pelan menggelengkan kepala.

"Tapi tenang, besok Yanti juga ikut ke Lawu jadi Tim Penjaring buat nemenin kamu." Annisa berusaha menghiburku.

"Sip deh kalau Yanti ikut, jadi punya temen cewek di Tim Medis," sahutku senang.

"Dah sana masuk, aku mau ke Ruang Guru ngambil tugas jam kosong dulu," ucap Annisa mendorong tubuhku.

"Eh, ada jam kosong kah ?" tanyaku antusias. "Pelajaran apa ? Matematika ? Fisika ? Atau Ki--"

"Bahasa Indonesia," potong Annisa cepat.

"Walah, paling tugasnya disuruh ngarang cerita fiksi lagi," dengusku membuang nafas kasar.

"Kan asyik, bisa menyalurkan hobby menulis."

"Bener juga sih." Aku bergumam lirih. "Eh, tak kasih ide judul mau nggak ?"

"Apaan ?"

"Menikah dengan CEO pabrik rokok, atau Bosku adalah mantan suamiku, atau Presdir tam--"

"Iiihh, serius dong Yid. Masa judulnya nggak estetik gitu." Annisa terkekeh mencubit lenganku pelan.

"Nggak estetik gimana, justru judul-judul tadi itu lagi hits dan bikin penasaran buat dibaca." Aku memberi penjelasan mengusap lengan kanan bekas cubitan Annisa.

"Dari judulnya aja dah bisa ditebak kisahnya, gimana mau penasaran ?" tukas Annisa tak mau kalah.

"Yaaah, orang kan punya selera masing-masing." Aku menyimpulkan sendiri.

"Dan seleraku bukan kisah-kisah begituan. Aku suka kisah percintaan masa remaja. Paling tidak saat ma--" ucapan Annisa terhenti karena bel tanda masuk berbunyi lantang.

"Ternyata dari tadi kamu ngobrol sama Annisa diluar ?" tanya Vila yang muncul tiba-tiba berdiri di depan pintu.

Dia sedikit menepi karena mengganggu siswa lain yang berlarian ingin memasuki kelas.

"Aku masuk dulu Sa," ucapku berpamitan, beranjak menghampiri Vila.

Annisa membalas dengan anggukan dan senyum manis tersungging.

KEMBANG SENDUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang