BAB 4 RAHASIA PERTALIAN DARAH

169 49 339
                                    

--Aku menemukannya di sana, dengan sebuah rasa yang berbeda--






"Yid, kata Basuma dia mau.... " Andra yang bersuara.

Kualihkan pandangan kepada Andra. Menanti kata selanjutnya yang terpotong sedikit terjeda.

".... mau pinjem buku kamu lagi tuh !" Andra melanjutkan hingga terbentuk kalimat sempurna.

Seketika jantungku kembali ke tempatnya bersarang. Sedikit kecewa mungkin, karena apa yang kudengar tidak seperti harapan. Lalu apa harapanku?
Basuma mau bilang suka?
Basuma mau mengajak kencan?
Basuma mau menawarkan boncengan?

Hahahahaha... kamu jangan mimpi, cinta itu datang tidak secepat kisah-kisah FTV. Hanya karena Basuma meminjam buku, lantas dijadikan dasar tumbuhnya benih cinta. Berkaca dulu Yid, kamu itu siapa dan Basuma siapa? Hati kecilku mulai membully tanpa henti.

"Boleh nggak, Yid?" Pertanyaan Andra menyadarkan aku dari rasa insecure yang mulai terbangun perlahan.

"Boleh aja, mau pinjem buku apa?" Aku berusaha tersenyum menyamarkan rasa kecewa agar tidak terbaca oleh mereka.

"Buku apa tadi Bas? Agama ya?" Andra kembali memukul ringan lengan Basuma yang masih bersedekap.

"Iya, kalau boleh sekalian buku Bahasa Inggris sama PPKn." Kulihat Basuma sedikit malu mengatakannya.

"HEI BASUDEWA KRISNA !!! Kamu tuh mau pinjem buku apa ngerampok?" Andra heran sampai menggelengkan kepala.

"Nggak pa pa." Aku berusaha menengahi karena Andra mulai mencak-mencak tidak terkendali.

"Tuh yang punya buku aja santai kok kamu malah emosi." Basuma melakukan pembelaan. Andra diam tak ingin bersitegang.

"Tapi untuk buku Agama sama PPKn besok ya, karena hari ini aku nggak bawa." Kuserahkan buku catatan Bahasa Inggrisku di meja Andra, tepat di depan Basuma.

Lelaki itu langsung membuka simpul dekapan tangan di dada dan meraih buku pemberianku. Dibukanya sebentar secara random, membalik beberapa halaman tanpa membacanya, lalu menutup buku itu kembali.

*****

Dear Diary,
Ini kali kedua Basuma meminjam buku catatanku. Mungkin hal biasa bagi orang lain, tidak bagiku. Ini awal yang indah dan semoga berakhir juga dengan indah.

Saat hatiku mulai hampa akan sebuah Cinta, 6 purnama berlalu dan terus menunggu, aku menemukannya di sana.
Basuma Ardiyaksa, dengan sebuah rasa yang berbeda.

Seandainya dia adalah akhir dari pencarianku, maka tunjukkanlah jalan hingga rasa itu terwujud sempurna oleh nya.

Kututup buku tebal bersampul merah maroon yang sudah setengahnya terisi coretan tinta dari hatiku yang bersuara.
Semua rahasia ada di sana.

Sebuah rak buku menempel kokoh di samping meja berdiri tersusun dengan 8 kotak vertikal menjadi tujuan persembunyian. Kuselipkan si Maroon di rak ke 3 paling belakang.

Kuharap dia tenang diam di sana bersama beberapa buku Ensiklopedia berukuran besar. Aman dari tangan-tangan yang hendak mencapainya demi membuka tabir rahasia hatiku yang terkunci rapat.

KEMBANG SENDUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang