--Melalui hari lewati masa, segala hal tentang cerita juga kenangan bersamanya--
Kulihat Alex berlarian menerobos kerumunan orang di lapangan. Dia sempat mengatakan ingin unjuk gigi disana.
Ada apakah gerangan?
Aku tergoda ingin beranjak kesana, menghapus rasa penasaran yang bermunculan.Kulihat jam tangan, masih tersisa sedikit waktu sebelum Wira datang menjemput. Kulangkahkan kaki mendekat berbaur dengan puluhan siswa yang sudah berdiri melingkar memenuhi lapangan.
Dengan sedikit berjinjit aku melihat di tengah lapangan sudah berjejer rapi anak-anak Club Pramuka, diantaranya ada barisan Hornline, Percussion, Brass dan Color Guards. Alex berada di depan barisan sebagai Gitapati memegang banto dengan gagahnya.
Dia berteriak lantang memberi komando pada pasukannya yang berbaris rapi memegang alat musik non ritmis.
Seketika suara gemuruh terdengar, dentaman suara drum menggelegar. Tepuk tangan riuh turut mewarnai dengan teriakan kagum histeris ketika melihat Alex mulai beraksi dengan tongkat besinya.
ALEX
Memutar, melempar dengan gesitnya. Aku bahkan tidak percaya Alex bisa melakukan atraksi dengan begitu mudahnya.
"Keren kamu Lex," desahku pelan penuh rasa takjub.
Beberapa menit aku terbius penampilan Alex yang luar biasa, hingga tanpa sadar kulihat jam tangan sekilas.
"Waduh... Mas Wira sudah datang nih," dengusku kecewa karena aku masih ingin berlama-lama di lapangan melihat Alex beraksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBANG SENDURO
Non-FictionAku mungkin mencintainya, sejenak. Saat kami berada setahun di gedung yang sama menuntut ilmu layaknya remaja usia belasan. Itu masa SMA yang kujalani dengan dua hati. Bukannya aku mendua, karena nyatanya aku memang tidak pernah menjalin hubungan ci...