BAB 18 ADU MEKANIK

43 11 78
                                    

--Bersenang-senanglah,
karena hari ini yang akan kita rindukan.
Bersenang-senanglah, karena waktu ini yang akan kita banggakan.
Di hari nanti...--


Aku duduk sendiri di tepi Lab Kimia, memandang ke depan lapangan basket yang sepi tanpa derap sepatu yang berlarian berebut memasukkan bola.

Tanganku mendekap buku catatan Bahasa Inggris, menanti Basuma sesuai permintaannya kemarin.

"Ayo Yid !" Sebuah tangan menepuk bahuku ringan.

Seulas senyuman kuhadirkan saat menoleh ada Yanti, Annisa dan Ayik berjalan melintas melewatiku dengan menenteng tas P3K.

"Duluan aja, aku masih nunggu Alex," ucapku jujur setengah berbohong.

Pasalnya siang itu aku tidak hanya menunggu Alex tapi lebih menantikan kehadiran Basuma. Kemarin aku berjanji untuk membawakan buku catatan Bahasa Inggris.

Dan tanpa kusangka, kedua lelaki yang kutunggu telah tiba, hadir di depanku secara bersama. Mereka berjalan mendekat sambil bercengkerama, saling bercerita diselingi tertawa kecil bahagia.

Tanpa diminta langsung kusodorkan Buku dalam dekapanku pada Basuma ketika dia berdiri menatapku di samping Alex.

"Makasih, aku pinjem dulu ya," ucap Basuma menerima buku catatanku. Kujawab dengan sebuah senyum dan anggukan kepala.

"Pantes aja nilaimu akhir-akhir ini selalu bagus, Bas... " Kata Alex berniat menggoda, "ternyata kamu dah punya sekretaris pribadi ya?"

Aku dan Basuma hanya tersenyum dan saling menatap malu. Mungkin wajahku memerah dengan semburat terlihat samar.

"Atau jangan-jangan kalian..." Alex berhenti tidak melanjutkan ucapan, kedua mata dengan bulu lentiknya menatap curiga ke arahku dan Basuma bergantian.

"Apa??" tanya Basuma tegas.

"Kalian pacaran ya?" tebak Alex penuh keyakinan sambil memainkan kedua alisnya dan tersenyum nakal.

"Aaaalex !!" Aku berteriak kaget sekaligus menahan malu.

Spontan kupukul bahu kanannya pelan, tapi dia lebih dulu menghindar berlari menjauh sambil terkekeh penuh kemenangan.

"Tolong maafin ucapannya ya, aku... aku jadi nggak enak sama kamu," ucap Basuma lirih menatap sayu padaku.

"Nggak papa," jawabku singkat tak berani menatap Basuma karena kali ini wajahku pasti merona merah muda.

"Jangan dimasukin ke hati, anggap saja ucapan Alex tadi hanya sekedar angin lalu." kulihat Basuma juga salah tingkah, mungkin bingung harus bersikap bagaimana di depanku?

Aku sendiri juga tidak menyangka kalau Alex akan menebak dan mengulik kebenaran. Tentang diriku.

Lalu bagaimana dengan Basuma? Apakah hatinya membenarkan perkataan Alex barusan?
Ataukah dia akan menyangkal dengan tegasnya bahwa itu hanya kesalahpahaman?

Kucoba mencari jawaban dari raut wajahnya yang terlihat datar tanpa perubahan. Kecewa hinggap perlahan menyadarkan aku bahwa cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan.

Nyatanya Basuma tetap saja tak berubah, ataukah dia lihai menyimpan perasaan? Mengapa aku terus saja memaksakan kehendak, berharap Basuma juga menaruh perasaan padaku, sedikiiit saja.

"O iya, Andra dah ngasih tau belum?" Pertanyaan Basuma mengalihkan perhatianku agar segera melupakan ucapan Alex, dan tidak berlarut-larut membahasnya lagi.

"Tentang apa?" Aku balik bertanya.

"Kemungkinan besok Sabtu anak UNO mau menyerang SMA Immanuel De'Barco dan SMA Muhi. Jadi kalau bisa kamu pulang sekolah pakai jaket atau ganti baju buat keamanan."

KEMBANG SENDUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang