BAB 13 MATAHARI FARANSAHAT

77 26 112
                                    


--Jangan lemah dan jangan layu pada semua godaan yang menerpamu--




"Ada apa Rek?" tanyaku pada ketua SHC, Matahari Faransahat--yang memiliki nama kebesaran 'Arek'.

Kulihat anak kelas 2 itu sedikit kewalahan, tampak sekali dari raut wajahnya yang kacau dengan peluh membasahi sebagian kening hingga pelipis. Berkali-kali dia mengusap kasar wajahnya demi menghapus jejak basah dari paras tampannya yang mulai tersamarkan oleh kebingungan.

"Gimana Rek?" tanyaku sekali lagi, karena dia masih saja sibuk membolak-balik lembaran kertas yang sudah kusut di tangan.

"Eh iya kak, anu... itu... apa ya?" jelas sudah Arek teramat sangat kewalahan menghadapi tugas pertamanya mengkoordinir pendakian ke Gunung Lawu.

"Ya apa?" kucoba menenangkan dirinya dengan tersenyum ramah.

"Anu..." Arek menggaruk kepalanya, kuyakin pusing sudah merajai setengah otaknya, "Kak Yidhi bertugas jadi Tim Medis bukan?"

"Tim Medis dipegang sama anak kelas 2 Rek, karena anak kelas 3 baru sibuk mempersiapkan seleksi Jambore Nasional. Ketua koordinatornya Ayik anak kelas 2-3. Jumlah personil yang dibawa kalau nggak salah 7 orang." Kuberikan keterangan sedetail mungkin supaya dapat membantu Arek meredakan stres yang mulai menjalar di otaknya. Tapi nyatanya jawabanku justru membuat dia semakin pusing.

"Waduh, anaknya yang mana ya? Sumpah aku lupa !" Sekali lagi Arek menggaruk kepalanya. Jika itu dilakukannya sekali lagi, aku pastikan rambutnya akan menyerupai tunas daun buah nanas. Itu karena dia berada di titik frustasi level tertinggi.

"Ayik tuh yang kulitnya putih, anaknya ceria, rambut sebahu, mata sedikit sipit." Kali ini Arek memijat pelipisnya berulang kali sambil memejamkan mata.

"Udah deh, Tim Medis nggak usah terlalu kamu pikirin. Kemarin lusa kami sudah briefing aku jamin semuanya sudah siap." Kulihat sebuah senyum tipis tersungging di bibir Arek yang mulai pucat.

"Kalau nanti ada masalah disana aku juga pasti bantuin Tim Medis kok, karena aku juga nggak akan lepas tangan."

"Makasih banyak ya kak, mohon bantuannya." Arek mengambil nafas panjang, sepertinya beban hidupnya saat ini sedikit berkurang.

"Rek... dicari bang Sais dari Mapalista tuh !" Kehadiran Deva sepertinya membawa masalah baru untuk sang ketua SHC, terlihat dari wajahnya yang kembali pucat.

"Bang Sais anak mapala dari Ist. Akprind?" tanya Arek dengan sisa tenaga yang ada.

"Yo'i." Deva berlalu sambil membawa beberapa peralatan berat untuk diangkut ke dalam truk Brimob.

"Aku ke basecamp dulu ya kak," pamit Arek cepat dan mengambil langkah seribu mengitari lapangan yang tampak penuh sesak oleh peserta dimana mereka saling berbincang sekaligus berpamitan dengan teman sekelas demi meminta doa keselamatan.

Sepeninggal Arek mataku mencari keberadaan Vila yang telah raib dari bawah pohon Ketapang. Entah dimana gadis itu, mungkin sudah pulang atau keluyuran tak tentu arah. Justru manik hitamku menangkap sosok Basuma di antara kerumunan siswa yang berjejal di tengah lapangan.

Dia tidak menatapku, tangannya sibuk mengecek isi tas gunung size 30L yang tersandar di bawah tiang bendera. Mengikatkan beberapa tali lebih kencang lalu mengatupkan penutup bagian atas dengan menyelipkan sebuah matras di bawahnya.

Rasa lega menjalar ke seluruh tubuhku, sepertinya sesuatu yang kunantikan sudah kupastikan hadir mengikuti pendakian ini. Dengan langkah ringan ku tapakkan kedua kaki memasuki bis yang sekiranya akan membawa kami dalam perjalanan menuju Karanganyar, karena truk Brimob hanya diperuntukkan membawa peralatan dan tas gunung yang jumlah dan ukurannya sudah mulai memadati setengah daya muat truk.

KEMBANG SENDUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang