BAB 31 BUAT AKU TERSENYUM

20 7 49
                                    

-Hanya ingin melihatmu tersenyum bahagia, karena kau tak pantas didera luka oleh sakitnya Cinta--









Sekilas terlihat wajah kusutnya tanpa ekspresi dengan kedua mata menatapku nanar. Pandangannya kosong tapi seakan menyimpan ribuan luka.

Perlahan menapakkan kaki pada titian anak tangga, aku memberanikan diri mendekat.

"Boleh aku duduk disini ?" tanyaku lirih.

Tak ada jawaban yang kudengar. Beringsut aku menempatkan diri duduk di sebelahnya menyisakan sedikit jarak untuk orang yang ingin lewat melalui tangga.

"Kamu nggak latihan basket di bawah ?" tanyaku pelan memancing obrolan.

Lama kutunggu tak jua ada jawaban. Sunyi, hanya suara pantulan bola basket membentur lantai dan ring besi yang terdengar samar.

Lelaki di sebelahku sudah menghabiskan hisapan terakhir rokoknya, menginjak sisa empis hingga hancur di bawah telapak kaki yang mengenakan sepatu canvas warna putih.

"Kamu baik-baik saja, Lex ?" tanyaku lagi berusaha mengajaknya ngobrol.

Masih sama tak ada jawaban.

Masih sama tak ada jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ALEX

"Lex... Kamu baik-baik saja kan ?" kuulangi pertanyaanku, berharap kali ini dia akan menjawab.

"Ya, aku baik-baik saja." Suara Alex terdengar berat, seperti serak akibat kurang minum.

"Tapi kamu berubah."

"Apanya yang berubah ?" tanya Alex cepat menoleh padaku sekilas lalu menundukkan kepala diantara kedua lutut yang ditekuk menopang dua siku tangan.

"Kamu sering ijin nggak masuk sekolah dengan alasan sakit, kamu juga nggak bersemangat kaya biasanya, lalu rokok itu... " Aku berhenti sejenak mengambil nafas panjang. "Sejak kapan kamu merokok Lex ? Bukankah kamu selama ini menjauhi nikotin."

"Aku baik-baik saja Yid, kamu nggak perlu khawatir--"

"Tentu saja aku khawatir," tukasku cepat dengan nada suara agak tinggi "Semua perubahan yang terjadi menjelaskan bahwa sekarang kamu sedang ada masalah. Mana mungkin bisa kamu mengatakan sedang baik-baik saja. Itu bohong !"

"Sudahlah Yid, tinggalin aku sendiri."

"Enggak Lex... Aku nggak akan pergi sebelum lihat kamu tersenyum."

Kami kembali terdiam. Alex mengangkat kepala tegak. Kedua tangannya memegang kepala, meremas rambut cepaknya yang sudah sedikit panjang. Aku menahan gejolak perasaan iba padanya.

KEMBANG SENDUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang