Kisah 25

1.2K 132 116
                                    

Note :

Rata-rata temen-temen semua udah persis emosian banget ya kayak si kakak koo, langsung menyimpulkan kayak si mas Seokjin dan marah-marah kayak kakaknya yang lain 🤭🤣 di mohon sabar yaa, jaga tensi nya 🙏 kita mereda dulu yaa





°°°







Semua hancur dengan seketika, permata yang mereka jaga pecah berantakan.

Berguling-guling menangisi keadaan pun tidak akan merubah semua yang telah terjadi, sesal tinggal lah sesal.

Bunda selalu berakhir tak sadarkan diri ketika mengingat apa yang sedang terjadi, masih belum sanggup untuk melihat buah hatinya terluka atas ketidak becusannya menjaga.

Taehyung, anak singa itu berhasil menghancurkan istana tanpa perlu banyak kata, cukup lenyap dalam pandangan mata pun begitu menyiksa walaupun hanya sementara.

Disana, diruangan dingin yang bising berbau segala macam obat tak sedap Taehyung tidur lelap. Raganya terlentang tanpa rasa risih dari si pemilik yang biasanya selalu tak suka diperlihatkan se enak jidatnya saja, apalagi kini seakan menjadi tontonan para manusia. Bukan lagi hanya keluarga.







(Udah di sensor dikit :) )

Maaf cuma kebutuhan untuk cerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf cuma kebutuhan untuk cerita







"Kita harus segera mengambil tindakan setelah kondisinya dirasa membaik, akan lebih parah jika kesadarannya menurun"

Kalimat itu terus terngiang, bunda baru berani menemui anak bungsunya setelah berulang kali berusaha mempertahankan dan menguatkan diri.



"Adek..?"

Bunda duduk di kursi yang tak jauh dari brangkar, meraih telapak tangan dingin anak singa kecilnya yang malang.

"Adek kenapa tidur disini, hm?" Sesak sekali dada yang terus bergemuruh itu, "Hikss.. adek, ayo bangun, Nak. Ini bunda"

Ayah memeluk bahu bergetar bunda, menenangkan tangis dan sedih yang sama gelisahnya.

"Adek marah sama bunda? Bangun, Sayang. Jangan hukum bunda kayak gini" Bunda menundukan kepalanya disisi ranjang, masih tetap menggenggam tangan dingin itu dengan kehangatan.

"Bunda disini, bunda sama adek. Adek harus kuat, ya? Bunda temenin adek sekarang"

Memang di acuhkan itu rasanya tidak pernah enak.

"Bunda janji gak akan tinggalin adek, maafin bunda. Bunda akan tetap sama adek"


Sungguh sakit sekali hati kedua orang tua itu, ayah dan bunda tidak bisa membayangkan bagaimana kesakitan putra kecilnya ketika menahan sakit.

Lion KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang