Nana sudah mengikuti Leon dari belakang sedari tadi. Tetapi laki-laki itu belum berhenti dan masih melaju.
"Loh ini kan jalan ke rumah Papa?" Gumam Nana.
Nana melihat Leon memasuki perumahan yang cukup elit. Ternyata selama ini Leon ke rumah Papa tanpa memberi tahu dirinya.
Ayahnya Nana cukup kaya raya sama seperti Ayahnya Byan. Tetapi Leon dan Nana sudah cukup lama tidak tinggal bersama Ayahnya karena suatu alasan. Walaupun Ayahnya mengirim uang setiap bulan tetapi yang menjaga Nana adalah Leon.
"Ck, kok ilang sih." Lalu Nana menyuruh Ojek itu untuk berhenti. "Pak berhenti disini aja," ucap Nana lalu turun dari motor.
"Nih ya Pak. Segini cukup kan?" Nana memberikan satu lembar uang bewarna merah.
"Waduh, makasih neng. Ini mah udah kebanyakan."
Setelah Ojek itu pergi. Nana berjalan kaki sambil melihat sekitar. Ia sepertinya masih sedikit mengingat jalan menuju rumah Ayahnya.
"Belok kanan apa kiri ya?" Nana memutuskan untuk belok ke kiri. Ia berjalan dengan santai karena sudah tahu bahwa Leon hanya pergi kesini.
Baru sampai belokan, sudah ada laki-laki yang berdiri menunggu lalu menyentil dahi Nana.
"Aduh sakit. Siapa-," ucapan Nana terpotong saat melihat siapa yang menyentil dahi nya.
"Ngapain kesini?"
"Anu itu gak sengaja nyasar. Gue salah pilih lokasi tadi kayanya pas dianterin Ojek." Ucap Nana panjang lebar berusaha meyakinkan Leon.
"Aurel kasih tau lo kalo gue kesini?" Tanya Leon dengan datar.
"Gak! Gue yang udah rencana ngikutin lo. Gausah bawa-bawa Aurel." Jawab Nana menentang agar Aurel tidak disalahkan karena perbuatan dirinya.
"Yaudah pulang sana. Kan udah tau kalo gue kesini," ucap Leon.
"Bentar. Lo tau darimana gue ngikutin?"
"Byan."
"Hah! Dia ngasih tau?"
"Ngga. Dia cuma nanya kalo lo udah sama gue apa belum."
"Terus?"
"Ya lo kira abang lo ini bodoh apa, Na. Ya gue jadi tau kalo lo ngintilin." Nana yang mendengar jawaban dari Leon hanya cengengesan.
"Leon!" Sahut laki-laki yang tidak jauh dari Leon dan Nana. Laki-laki itu sedang memegang tangan kedua anak kembarnya yang masih kecil.
Leon dan Nana disuruh masuk rumah oleh laki-laki itu yang tak lain adalah Ayah mereka.
Udah lama gak liat Papa.
Leon dan Nana sudah duduk di ruang tamu yang cukup besar. Nana hanya diam dan tidak berani menanyakan apapun.
"Akhirnya ngeliat anak perempuan Papa satu-satunya. Leon dari kemarin ga ngizinin Papa buat liat kamu."
Nana yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. Ia tahu Leon punya alasan tersendiri kenapa merahasiakan hal ini dari dirinya.
"Hera sudah tahu kan kenapa Leon bawa kamu kesini?"
[fyi : Ayahnya manggil Nana itu Hera]
"Hah?" Nana bingung dengan apa yang dikatakan Papanya. Ia melihat Leon hanya menghela nafas nya dan tidak bergeming.
"Jadi kamu setuju dijodohkan dengan anaknya teman Papa? Karena kamu anak cewe Papa satu-satunya jadi Papa gak mau kamu sembarangan pilih laki-laki."
Nana yang kaget mendengar hal ini, tangannya getar. Penyakit asma nya juga kambuh. Kini ia tahu kenapa selama ini Leon menyembunyikan hal ini dari dirinya.
Maaf ya dek.
"H-Hera gamau," ucap Nana dengan terbata-bata karna asma nya mulai kambuh. Nana yang sesak nafas mulai kehilangan kesadarannya.
"Nana!" Suara teriakan Leon yang terakhir Nana dengar.
"Hera? Kamu gapapa?" Baru ingin menyentuh Nana, Leon menangkis tangan milik Ayahnya.
"Jangan sentuh," ucap Leon dengan penuh tekanan. Leon yang kesal langsung bergegas menggendong Nana.
"Bawa ke kamar. Papa telfon Dokter." Leon langsung menuju kamar. Ia sudah duga hal ini akan terjadi.
Na, maafin gue.
Setelah Leon menaruh Nana di tempat tidurnya. Laki-laki itu duduk di sampingnya lalu mengelus kepala Nana.
"Leon keluar. Biarin Dokter yang cek keadaan Nana," ucap laki-laki itu dengan tegas. Leon yang pasrah menuruti keinginan Ayahnya. Sebenarnya ia tidak tega meninggalkan adiknya.
"Papa mau ngomong."
"Apa lagi? Papa bisa liat sendiri kan kondisi Nana begitu, " ucap Leon sedikit membentak.
"Papa gak peduli! Besok malam pertemuan nya udah diadain. Biarin Hera nginap disini."
"Papa dari dulu egois tau gak! Gak mikirin pendapat Leon sama Nana." Leon yang kesal langsung bergegas untuk mengambil motornya dan pergi.
Langit juga sudah mulai gelap. Jika Nana tidak pingsan tadi, Leon sudah membawanya pergi.
Dua jam kemudian Nana mulai tersadar. Sedari tadi ia terganggu dengan orang yang memainkan rambut panjangnya. Saat Nana membuka matanya, ia melihat dua anak kembar yang sedang menatap dirinya.
"Nanananana," ucap kedua anak itu sambil tersenyum melihat Nana. Terlihat gigi mereka masih belum sepenuhnya tumbuh.
"Kak Hera maaf ya. Ini Ray dan Rey gamau pergi dari tadi. Tadi sepertinya dengar Kak Leon bilang Nana terus," ucap Wanita yang tidak terlalu tua.
"Hah? Iya Tante gapapa." Nana mulai bangun dan teringat dengan kejadian tadi.
"Tante ambilin makan ya. Ray, Rey sini ikut Mama ambil mam." Kedua anak itu menurut mengikuti Mamanya berjalan dari belakang.
Alasan Leon dan Nana tidak tinggal bareng Ayahnya karena menikah lagi setelah Mama kandung mereka meninggal dunia. Leon merasa Ayahnya egois dan tidak mementingkan perasaan Nana terutama dirinya.
Walaupun sebenarnya bukan berarti Ibu Tiri mereka tidak baik. Hanya saja lebih muda dari Ibu kandung mereka. Leon hanya kesal terhadap Ayahnya saja.
Leon yang saat itu masih duduk dibangku kelas 2 SMP mengajak Nana yang saat itu masih kelas 6 SD untuk kabur dari rumah.
Karena Ayahnya tahu mengenai hal ini, akhirnya membiarkan Leon dan Nana tinggal bersama.
Setelah beberapa tahun Ayahnya menikah. Ia baru dikaruniai dua anak kembar bernama Ray dan Rey. Umur mereka saat ini baru beranjak 2 tahun.
Ayahnya yang tahu bahwa anaknya laki-laki semua kecuali Nana mulai khawatir. Makanya merencanakan perjodohan ini.
"Leon mana ya?"
"Kak Leon tadi pergi habis cekcok sedikit sama Papa," ucap Ibu Tiri Nana yang tiba-tiba datang membawa nampan beserta makanan.
"Oh iya, terimakasih Tante." Nana masih memperhatikan kedua anak kembar itu yang masih setia mengikuti Ibunya dari belakang.
"Ray, Rey ayo ke kamar bobo. Kak Hera itu ada baju tidur ya. Sebelum tidur mandi dulu biar nyenyak. Besok acaranya malam. Jadi gausah sekolah dulu. "
"Iya Tante, terimakasih." Ucap Nana pelan. Ia lemas mendengar acara perjodohan nya dilakukan besok.
"Nananana mam-mam," ucap kedua anak kembar itu kompak yang sepertinya menyuruh Nana untuk makan.
"Ssst. Manggilnya Kak Hera."
"Hehehe gapapa kok Tante." Nana mengelus pipi gembul Ray dan Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
BYANTARA
Novela Juvenil"Berharap dia abadi di dalam karya dan hidupku." Bercerita tentang Byantara Shaga Graciano. Hobi bermain basket dan nightride, dipertemukan dengan gadis yang bahkan jarang berkeinginan untuk keluar rumah. Mereka pernah menjalani hubungan tetapi bera...