"Hah? Sketchbook?" Nana yang mendengar Byan bercerita berusaha mengingat apa yang ia gambar.
"Masa gak inget sih, Na!"
"Sshhttt, bentar." ucap Nana menutup mulut Byan dengan tangan nya agar pacar nya berhenti mengomeli dirinya.
Nana menutup matanya berusaha membayangkan gambar yang di deskripsikan Byan tadi. Sekian detik, Nana membuka matanya dengan lebar lalu berbicara, "Oh yang itu. Itu aku gambarin Ares." ucap Nana dengan singkat, padat, dan jelas membuat laki-laki di depan nya darah tinggi.
"Bentar, jadi kamu cemburu gara-gara gambar itu?" Tanya Nana tidak percaya lalu melepas tangan nya yang menutup mulut Byan sedari tadi.
"Iya, kenapa?" tanya Byan yang langsung memeluk Nana dengan erat menyembunyikan wajah nya yang memerah. Nana yang melihat tingkah laku Byan tertawa terbahak-bahak, perut nya benar-benar terasa geli sekarang.
"Ck, malah ngetawain. Aku serius, Na." Cibir Byan dengan nada manja nya. Mereka berdua semakin tertawa terbahak-bahak bersama. Untungnya perpus sedang tidak ada yang jaga, kalau tidak sudah dihukum sedari tadi karena berisik.
Setelah perbincangan yang singkat. Nana memutuskan untuk kembali ke kelas. Senyum diwajahnya masih terukir, teringat dengan alasan yang Byan katakan tadi.
Lonceng sekolah sudah berbunyi menandakan waktunya pulang. Nana menghampiri Byan yang sedang membereskan ruangan untuk kegiatan ekskul barunya.
Byan terus meminta maaf karna tidak bisa mengantar Nana pulang. Byan berulang kali berpesan kepada Nana untuk mengabari dirinya jika sudah sampai di rumah. Laki-laki itu benar-benar ketakutan kalau Nana menghilang lagi.
Setelah Nana berpamitan dengan Byan cukup lama. Ia memutuskan untuk pulang sendiri. Nana berpikir kalau Shasha dan Aurel pasti sudah di antar pacarnya pulang.
Baru saja sampai di depan gerbang, Nana tidak sengaja melihat Leon dan Aurel yang masih belum pulang. Nana berpikir sepertinya Leon tidak mengantar Aurel pulang lagi dan lagi. Sebenernya Nana cukup penasaran apa yang dilakukan Leon akhir-akhir ini.
"Leon selingkuh kali ya. Ck, gabisa dibiarin kalo kaya gini," gumam Nana sembari memperhatikan Leon dan Aurel dari jauh.
Beberapa menit setelahnya, Leon pergi sendiri dengan motor nya meninggalkan Aurel sendiri. Nana yang berencana ingin mengikuti Leon pun menghampiri Aurel dengan tergesa-gesa. Ojek online yang di pesan Nana sedari tadi pun juga sampai tepat waktu.
"Rel urusan Leon kasih ke gue. Kalo dia selingkuh, gue hajar! " Teriak Nana lalu menaiki ojek yang sudah ia pesan.
Aurel kaget dengan teriakan Nana yang sangat keras. "Eh Na gak gitu, " Aurel yang sadar berusaha menjelaskan kepada Nana tapi sahabatnya sudah menaiki ojek dengan cepat dan sudah menjauh.
Sebenarnya Aurel baru saja mengetahui alasan Leon yang akhir-akhir ini sibuk sendiri. Leon juga menyuruh Aurel untuk merahasiakan hal ini dari Nana.
"Pak ikutin motor yang depan itu ya. Gausah sesuai maps. Nanti saya bayar lebih. "
"Oke siap neng. "
Byan yang masih sibuk membereskan ruangan band tiba-tiba mendapatkan pesan singkat dari pacarnya.
"Aku gak pulang ke rumah. Mau ngikutin Leon."
Byan yang membaca pesan singkat itu mengernyitkan alisnya. Beberapa detik setelahnya, ia sadar dengan apa yang dimaksud Nana.
"Kebiasaan malah sendirian bukannya ngajak gue," gumam Byan kesal tapi masih bisa terdengar oleh anak-anak lain. Mereka merinding sendiri melihat Byan yang sepertinya sedang tidak mood apalagi jika diajak bicara. Mereka hanya bisa diam seribu bahasa.
"Kalian boleh pulang. Makasih ya udah bantu beresin. Buat info hari apa ekskul nya ntar gue kabarin."
Setelah menyuruh anak-anak yang lain untuk pulang. Byan tidak lupa untuk mengunci ruangan band nya.
"Nana belum ngabarin lagi ya?"
"Ck, tadi dia bilang mau ngikutin Leon kan. Siapa tau dah sama Leon kali ya," ucap Byan pelan yang sebenarnya sedang khawatir.
"Woy, cewek gue lagi sama lo kan sekarang?" Setelah Byan memberi pesan singkat ke Leon, ia langsung ke parkiran dan menaiki motornya.
Dalam perjalanan pulang, Leon membalas pesan singkat Byan. Laki-laki itu hanya membalas "Hah?" Yang berarti Nana belum bertemu dengan Leon.
Byan memberhentikan motornya dan membaca jawaban singkat dari Leon. "Kalo kaya gini mending gue susul aja tadi." Byan yang khawatir pun memberi beberapa pesan ke Nana.
Ia menunggu beberapa menit tetapi tidak ada jawaban dari Nana. Byan kembali melanjutkan perjalanan nya untuk pulang.
Byan tahu bahwa Leon tidak sebodoh itu untuk diikuti dari belakang. Temannya pasti tahu apa yang dimaksud Byan setelah mengirim pesan singkat itu.
Setelah sampai di rumah. Byan melihat mobil hitam milik Ayahnya. "Tumben sore udah pulang. Perasaan gue jadi gak enak."
Byan yang baru pulang disambut oleh Bunda dan adik kecilnya. Bunda memberi kode mata ke Byan. Byan yang sudah terbiasa pun tahu apa yang dimaksud oleh Bunda.
Laki-laki itu naik ke kamarnya lalu membersihkan dirinya. Setelah membersihkan dirinya, ia mengecek handphone miliknya lagi.
Tetapi belum ada balasan sama sekali dari pacarnya. Byan hanya menghela nafas dan pasrah, ia yakin Leon sedang bersama Nana sekarang.
Kemudian, Byan sibuk dengan urusan OSIS dan ekskul band. Ia berkutik dengan handphone dan laptop nya cukup lama.
Sampai tiba waktunya makan malam ia berhenti mengingat apa yang disuruh Bunda tadi. Byan turun ke lantai bawah menuju meja makan.
Ia melihat laki-laki dengan wajah serius yang sudah duduk di meja makan. Byan melihat Bunda dan adiknya juga sudah duduk di meja makan.
"Byan," suara panggilan yang cukup tegas. Byan yang tahu bahwa selepas makan malam, Ayahnya ingin berbicara serius dengan dirinya.
Nana lagi ngapain ya?
Situasi di meja makan hening. Hanya ada suara sendok dan piring. Byan yang tidak peduli dengan situasi ini, hanya makan dengan cepat. Penasaran dengan apa yang akan dikatakan Ayahnya.
"Bunda sama Cici ke kamar ya." ucap Bunda meninggalkan Byan dan Ayahnya berduaan. Byan dan Ayahnya juga baru selesai makan.
Tanpa basa-basi, Byan langsung to the point, "Kenapa?" Ayahnya tersenyum tipis mendengar pertanyaan Byan.
Sebenarnya Byan dan Ayahnya tidak cukup akur sejak Byan mulai remaja. Mengingat sifat dan sikap mereka yang hampir mirip.
"Kata Bunda, kamu udah ada pacar."
"Terus?" Jawab Byan dengan datar. Perasaan nya sudah tidak enak jika Ayahnya menanyakan hal seperti ini.
"Putusin."
KAMU SEDANG MEMBACA
BYANTARA
Teen Fiction"Berharap dia abadi di dalam karya dan hidupku." Bercerita tentang Byantara Shaga Graciano. Hobi bermain basket dan nightride, dipertemukan dengan gadis yang bahkan jarang berkeinginan untuk keluar rumah. Mereka pernah menjalani hubungan tetapi bera...