31

96 11 2
                                    

"Sejak umur lima belas, aku bilang pada ayahku kalau aku tertarik pada perempuan. Aku tertarik padamu. Aku begitu yakin dengan itu," gumam Helena. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Ursula. Keduanya telanjang. Dan ini adalah waktu yang tepat untuk membuka semuanya. Mengakui semuanya.

"Dua tahun aku di luar sana. Aku selalu memikirkanmu. Ternyata aku juga menyukaimu sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di rumah Gourse." Ursula mengambil rokok dari atas meja dan memberikannya pada Helena.

"Aku tahu itu. Makanya aku bingung sekali saat kamu menamparku." Helena diam sebentar ketika Ursula membantunya menyalakan rokok. Sambil menghembuskan asapnya ke udara Helena mulai bicara lagi, "Waktu itu aku masih kecil. Sekarang aku sudah dua puluh tahun."

"Jadi, kita akan benar-benar memulai hubungan ini."

"Tidak di depan orang tuaku. Aku tidak bisa. Ayahku dan ibuku bercerai. Aku tidak bisa, Ursula. Maaf."

"Aku tidak memiliki hubungan darah dengan Rebecca. Asal kamu tahu—"

"Tapi, tetap saja. Aku tidak bisa."

Ursula mengangguk. "Kalau itu maumu. Tak apa. Yang terpenting sekarang aku akan memberikan semuanya untukmu."

"Aku sudah memberikan yang pertama untukmu." Helena tersenyum sambil menghisap rokoknya.

Ursula menggeser badannya sedikit agar bisa melihat wajah Helena lebih jelas. "Apa maksudmu?"

"Sebelum menamparku, kamu adalah yang pertama Ursula."

"Ta-tapi bukannya kamu..."

"Aku menyentuh mereka. Ya, perempuan-perempuan itu. Tapi aku tidak membiarkan mereka menyentuhku. Aku menunggumu. Makanya mereka putus denganku."

"Hanya karena masalah ranjang?" Ursula tidak percaya kalau masalah itu penting buat remaja jaman sekarang.

"Memangnya aku bukan yang pertama untukmu?"

Ursula langsung menghela nafas. "Ya, bisa kamu katakan begitu. Kamu selalu jadi yang pertama untukku." Ursula kemudian mencium kening Helena sekali lagi. Ia bangun dari ranjang, menyodorkan baju Helena. "Ayo pulang ke rumahku. Kita lanjutkan di sana. Semakin aku membayangkan apa saja yang sudah kamu lakukan pada perempuan-perempuan di sini seminggu tiga kali, semakin aku merasa cemburu."

"Kamu yang membuatku begini," sahut Helena manja. Ia mematikan rokoknya dan mengikuti perintah Ursula.

"Jangan pernah menyalahkanku karena perasaanmu adalah tanggung jawabmu, Helena. Mana aku tahu akan menemukanmu di sini setelah dua tahun pergi? Kalau aku boleh memilih, aku ingin menemukanmu di..."

"Di mana?" tanya Helena.

"Di mana ya tempat yang lebih baik?" Ursula berpikir. "Ya sudahlah. Itu tidak penting."

***

Ursula dan Helena mendengar suara dengkuran Rebecca setelah mereka menyelesaikan cerita. Pemilik yayasan spiritual non-profit itu pura-pura tidur karena cerita Helena dan Ursula yang panjang.

"Jangan pura-pura tidur, Rebecca."

Rebecca segera membuka matanya. Ia pura-pura membersihkan air liurnya dengan syal. Lalu matanya yang hijau terang berkedip-kedip. "Cerita kalian isinya cuma adegan ranjang. Kalian ini penulis novel erotis ya?"

"Oh, Rebecca... Kamu tidak tahu kalau Helena sangat hebat di ranjang. Benar-benar luar biasa. Kamu tidak akan menyangka kalau Helena—"

"Jangan berani kamu bicara yang kurang aj*r soal anakku," ancam Rebecca.

"Aku tidak kurang aj*r. Aku sedang memuji." Ursula menepis tuduhan Rebecca. Ia begitu menikmati wajah Helena yang sedang tersenyum malu-malu di sebelahnya. "Kamu memang hebat, Helena. Kamu ekstra!"

"Helena itu anakku. Dia memang hebat," sahut Rebecca.

"Apa itu artinya kalau kamu dan Gourse...?"

"Tutup mulutmu, Ursula." Helena dan Rebecca bicara bersamaan.

Ursula mengangkat kedua tangannya. "Baiklah. Aku menyerah. Kalau kalian berdua sudah bilang begitu." Ursula terkikik.

Rebecca menghela nafasnya. Kemudian dengan wajah yang kembali serius ia bicara lagi, "Aku ingin mengakui sesuatu padamu, pada kalian."

Helena dan Ursula langsung tenang kembali. Mereka menunggu apa yang akan dikatakan Rebecca.

"Aku melihat kalian hari itu."

"Kami apa? Yang mana?" tanya Ursula.

"Ketika Helena berlari ke dalam kamarnya dan menangis seharian. Ketika Ursula pindah dari rumah Gourse. Aku ada di sana. Aku ada di sana sebelum itu. Aku mengamati kalian. Dan aku tahu ini semua akan terjadi," aku Rebecca sambil meremas syalnya. Ia menunduk tapi baik Helena atau Ursula tak mengerti apa makna dari ekspresi wajah wanita itu.

"Apa Mama sedang bilang bahwa..." Helena memincingkan matanya.

"Ya, aku merasa malu pada Gourse dan aku menceraikannya. Jadi kamu dan Ursula bisa hidup tenang." Rebecca menggaruk lehernya. "Aku bukan orang yang cukup berani ternyata. Aku ngeri membayangkan drama yang akan terjadi di antara kalian. Dan aku lari begitu saja."

Helena langsung berdiri, ia memeluk ibunya erat-erat. "Maafkan aku, Ma."

"Tak apa, aku sudah bahagia sekarang. Dengan hidupku. Dan aku tidak miskin. Aku kaya raya. Sebelumnya aku memang sudah kaya raya. Hahahaha..." Rebecca mengusap air mata anaknya dan mencium pipi Helena. "Lagipula ada seorang lelaki yang sedang mendekatiku belakangan ini."

"Apa Mama menyukainya?" tanya Helena seperti dapat harapan.

Rebecca menggeleng. "Tak ada lelaki yang bisa menyamai atau bahkan melebihi Gourse," sahut Rebecca. "Sial sekali hidupku."

Ursula dan Helena memandang Rebecca dengan tatapan mata yang sedih. Namun Rebecca langsung meledak tawanya. "Aku bercanda! Mana mau aku kembali ke rumah itu! Percayalah, menikahi lelaki sesabar itu tak ada tantangannya. Hidupku yang sekarang sangat bahagia. Hidupku tak ada bebannya. Aku tak perlu memikirkan anak perempuanku yang maniak. Atau kamu." Ia menunjuk pada Ursula.

"Syukurlah. Kukira hidupmu terpuruk." Ursula mengejek.

"Hidupmu yang terpuruk. Sekarang kamu terjebak pada perempuan itu. Siapa namanya?"

"Octava," gumam Helena. "Namanya Octava." Lalu seperti mendapat alasan, Helena menangis lagi.

"Ini karenamu!" Ursula menyalahkan Rebecca.

"Ini karenamu!" Rebecca balas menyalahkan Ursula. "Pulanglah, dan pikirkan baik-baik hubungan kalian. Kalian sudah melewati banyak sekali hal buruk dan baik bersama. Sudah waktunya kalian menikmati kebahagiaan dari perjuangan kalian selama ini."

Ursula melegakan nafasnya. "Kamu benar." Sayangnya, aku juga mencintai Octava. Dan anakmu juga mencintai Octava. Ursula memilih untuk tak membicarakannya di hadapan Rebecca sekarang. Ia tidak ingin membuat malam semakin panjang.

"Tunggu sebentar, aku harus mengangkat telepon." Ursula melihat ponselnya yang bergetar.

"Aku akan bersiap-siap." Helena masuk ke dalam ruangan.

"Halo?" Ursula mengangkat telepon dan menjauh dari Rebecca.

"Pak Gourse ingin aku mencari Helena," kata Octava lewat telepon. "Dia memberikanku alamat Rebecca."

Mendengar itu Ursula jadi panik. Octava akan tahu kalau dia berbohong. Tamatlah dia sekarang.

"Apa kamu bisa mengantarku?" tanya Octava. "Aku tidak begitu kenal dengan Rebecca. Aku bisa disemprot dua orang sekaligus. Bagaimana kalau Helena masih marah padaku?"

Ursula mengusap wajahnya dua kali. Titik-titik keringat dingin langsung muncul di kening dan telapak tangannya. "Ka-kamu ada di mana sekarang?"

"Aku masih di rumah."

"Biar aku yang mencari ke tempat Rebecca. Aku yang bicara padanya. Tunggulah di rumah," sahut Ursula sambil buru-buru mencari Helena di ruangan yang lain. 

2. Microscopic Lust GXG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang